Selasa, 02 Mei 2017

Makalah Psikologi Kepribadian



PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
KEPRIBADIAN DAN TIPOLOGI TEMPERAMEN MENURUT PLATO
DOSEN PEMBIMBING: MUFARO’AH, M.Si
COVER  STAIN







DISUSUN OLEH:
RUZAINI
SEMESTER IV
PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS
JURUSAN TARBIYAH DAN KEGURUAN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) BENGKALIS
 TAHUN AKADEMIK 2016 / 2017




KATA PENGANTAR



Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt., karena atas rahmat-Nya kami dapat  menyelesaikan tugas mata kuliah Psikologi Kepribadian yang berjudul “Kepribadian dan Tipologi Temperamen Menurut Plato”.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak, untuk itu melalui kata pengantar ini penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Dan tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah ini.
            Terimakasih atas bantuan dan dorongan serta bimbingan yang telah diberikan kepada penulis, semoga menjadi amal sholeh dan diterima Allah sebagai sebuah kebaikan. Penulis meminta maaf jika dalam penulisan terdapat kesalahan atau kekurangan, maka dari itu penulis meminta saran dan kritikan kepada para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan semua pembaca pada umumnya.


                                                                                               Bengkalis,  Maret 2017
                                                                                               Penulis


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................   i
DAFTAR ISI....................................................................................................   ii
BAB  I  PENDAHULUAN..............................................................................   1
A. Latar Belakang.....................................................................................   1
B. Rumusan Masalah................................................................................   2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................   2
BAB  II  PEMBAHASAN...............................................................................   3
A. Pengertian Kepribadian.......................................................................   3
B. Pengertian Tipologi...............................................................................   6
C. Tipologi Temperamen Menurut Plato.................................................   7
BAB  III  PENUTUP.........................................................................................   9
A. Kesimpulan............................................................................................   9
 B. Saran.......................................................................................................   9
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................  10 



BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang bisa dikatakan merupakan makhluk yang paling sempurna di muka bumi ini. Karena manusia mempunyai segalanya yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Manusia mempunyai akal dan nafsu, keduanya saling bereratan satu sama lain jika mampu dikendalikan oleh manusia itu sendiri. Makhluk lain misalnya hewan, mereka hanya mempunyai nafsu saja, sedangkan mereka hanya sedikit memiliki akal jika diperintah oleh manusia.
Namun, akal manusia satu dengan yang lainnya tidak bisa dibilang sama bahkan jauh berbeda. Karena ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Hal ini didasari karena faktor kepribadian yang berbeda. Hal inilah yang menyebabkan akal setiap menusia berbeda.
Namun, banyak orang yang memandang dengan pandangan kosong dan bahkan menganggap bahwa kepribadian itu hanya masalah dengan diri masing-masing dan tidak berpengaruh kepada jalan hidup mereka. Apa yang mereka fikirkan itu merupakan bencana besar bagi hidup mereka sendiri. Karena sesungguhnya kepribadian itu menggambarkan jati diri masing-masing setiap individu dan sangat berpengaruh kepada aspek-aspek kehidupan.
Keribadian ini juga yang membuat kita bisa berinteraksi dengan individu lainnya dan bisa menjadi cikal bakal suatu kelompok manusia ataupun masyarakat. Dan perlu diketahui juga, dari interaksi inilah kita bisa mengetahui perbedaan kepribadian setiap individu. Kepribadian selalu menjadi salah satu topik bahasan yang penting karena kepribadian adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaan manusia menjadi satu kesatuan, tidak terpecah-pecah dalam fungsi-fungsi. Memahami kepribadian berarti memahami manusia seutuhnya.
Manusia memiliki macam atau jenis potensi yang sama ketika dilahirkan, namun dengan tingkat kualitas yang berbeda-beda. Ketika potensi itu aktual dalam kepribadian, segera tampak bahwa tidak ada dua orang yang mempunyai kepribadian yang sama. Psikologi lahir sebagai ilmu yang berusaha memahami manusia seutuhnya, yang hanya dapat dilakukan melalui pemahaman tentang kepribadian.
Sekian banyak upaya yang telah diarahkan untuk memahami manusia. Tetapi tidak semua upaya tersebut membawa hasil, namun upaya pemahaman tentang manusia tetap memiliki arti penting dan tetap harus dilaksanakan. Bisa dikatakan bahwa kualitas hidup manusia, tergantung kepada peningkatan pemahaman kita tentang manusia. Dan psikologi, baik secara terpisah maupun sama-sama dengan ilmu-ilmu lain, sangat berperan secara mendalam dalam penganganan masalah kemanusiaan ini.
Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan tentang tipologi. Tipologi adalah ilmu mengenai tipe. Tipe adalah pola sifat suatu individu, kelompok, dan lain sebagainya. Tipe digunakan karena mereka menyediakan sarana klasifikasi dari pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok yang berguna untuk tujuan analisis. Suatu tipe ideal adalh gagasan mental yangterbentuk dari susunan unsure-unsur karakteristik sejumlah fenomena yang digunakan dalam analisis. Unsur-unsur yang diabstraksikan didasarkan pada pengamatan terhadap situasi-situasi yang kongret dari fenomena  yang dipelajari, namun gagasan yang dihasilkan tidak perlu harus berkaitan  persis dengan setiap pengamatan empiris. Tipe ideal merupakan teknik metodologis yang penting, suatu cara heuristic, digunakan untuk melukis, memperbandingkan dan menguji hipotesis-hipotesis yang berhubungan kenyataan empiris. Tipe-tipe yang tersusun demikian ini terbentuk dari kriteria (unsur-unsur, ciri-ciri, aspek dan lain-lain) yang mempunyai referen-referen yang bias ditemukan dalam dunia empiris atau dapat disimpulkan secara sah dari evidasi empiris atau keduanya. Tipe yang tersusun ini bukan saja menyediakan cara untuk pengaturan data, tetapi juga berguna untuk membantu generalisasi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian kepribadian secara umum?
2.      Apa itu tipologi?
3.      Apa itu tipologi temperamen menurut Plato?

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Psikologi Kepribadian. Dan tujuan umum dari makalah ini adakah agar para pembaca tahu tentang psikologi kepribadian dan tipologi temperamen menurut Plato.


BAB II
PEMBAHASAN

  1. Pengertian Kepribadian
 Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.
Para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya: teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, teori Analitik dari Carl Gustav Jung, teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, teori Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari Allport, teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di dalamnya mencakup :
·         Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
·         Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
·         Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
·         Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
·         Responsibilitas (tanggung jawab) adalah kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima risiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi.
·         Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal ini,  ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat, sebagai berikut :
a. Kepribadian yang sehat
·         Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
·         Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
·         Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
·         Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
·         Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
·         Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif, tidak destruktif (merusak)
·         Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
·         Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
·         Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
·         Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
·         Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).
b. Kepribadian yang tidak sehat
·         Mudah marah (tersinggung).
·         Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan.
·         Sering merasa tertekan (stress atau depresi).
·         Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang.
·         Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum.
·         Kebiasaan berbohong.
·         Hiperaktif.
·         Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas.
·         Senang mengkritik/mencemooh orang lain.
·         Sulit tidur.
·         Kurang memiliki rasa tanggung jawab.
·         Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis).
·         Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama.
·         Pesimis dalam menghadapi kehidupan.
·         Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan.

  1. Pengertian Tipologi
 Tipologi adalah ilmu mengenai tipe. Tipe adalah pola sifat suatu individu, kelompok, dan lain sebagainya. Tipe digunakan karena mereka menyediakan sarana klasifikasi dari pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok yang berguna untuk tujuan analisis. Suatu tipe ideal adalah gagasan mental yangterbentuk dari susunan unsure-unsur karakteristik sejumlah fenomena yang digunakan dalam analisis. Unsur-unsur yang diabstraksikan didasarkan pada pengamatan terhadap situasi-situasi yang kongret dari fenomena  yang dipelajari, namun gagasan yang dihasilkan tidak perlu harus berkaitan  persis dengan setiap pengamatan empiris. Tipe ideal merupakan teknik metodologis yang penting, suatu cara heuristic, digunakan untuk melukis, memperbandingkan dan menguji hipotesis-hipotesis yang berhubungan kenyataan empiris. Tipe-tipe yang tersusun demikian ini terbentuk dari kriteria (unsur-unsur, ciri-ciri, aspek dan lain-lain) yang mempunyai referen-referen yang bias ditemukan dalam dunia empiris atau dapat disimpulkan secara sah dari evidasi empiris atau keduanya. Tipe yang tersusun ini bukan saja menyediakan cara untuk pengaturan data, tetapi juga berguna untuk membantu generalisasi.


  1. Tipologi Temperamen Menurut Plato
Terkait erat dengan kepribadian dan gaya belajar dan berfikir, temperamen adalah gaya perilaku seseorang dan cara karakteristik merespons. Beberapa orang aktif, yang lainnya tenang. Beberapa merespons hangat kepada orang-orang, yang lain rewel dan resah. Deskripsi tersebut melibatkan variasi dalam temperamen.[1]
Tipologi temperamen merupakan tipologi yang disusun berdasarkan karakteristik segi kejiwaan. Dasar pemikiran yang digunakan para tokoh dalam mengembangkan tipologi temperamen adalah bahwa berbagai aspek kejiwaan seseorang menentukan karakteristik tipologi seseorang yang tergolong tipologi jenis ini. Ada beberapa pendapat tentang tipologi temperamen, ada menurut Plato, menurut Heymans, menurut Ewald, dan masih banyak lagi pendapat yang lain. Namun disini hanya akan dibahas tentang tipologi temperamen menurut Plato. Menurut Plato kemampuan jiwa manusia terdiri dari 3 macam, yaitu pikiran, kemauan,dan hasrat. Dominasi salah satu kemampuan inilah yang menyebabkan kekhasan pada diri manusia. Atas dasar hal ini Plato menggolongan manusia ke dalam 3 tipe[2] yaitu, sebagai berikut:
1.       Tipe manusia yang terutama dikuasai oleh pikirannya, yang sesuai untuk menjadi pemimpin dalam pemerintahan. Hal ini berarti manusia tersebut hanya mengandalkan fikirannnya untuk mengembangkan apa yang ada di dalam dirinya, apa yang dimiliki di dalam dirinya. Manusia yang memiliki tipe ini cenderung lebih aktif dalam mengeluarkan pendapat dan gagasannya. Dan terkadang tipe ini sangat dihormati oleh orang lain dikarenakan pemikirannya yang terkesan maju dan mampu membawa individu lain untuk ke arah yang lebih baik lagi.
2.      Tipe manusia yang terutama dikuasai oleh kemauannya, sesuai untuk menjadi tentara. Tipe manusia yang seperti ini cenderung mempunyai semangat juang dan keinginan yang tinggi untuk mengembangkan kepribadiaannya ke arah yang lebih menantang. Tipe ini sangat serius sekali dalam mengerjakan pekerjaan apapun, dengan tujuan agar kemauannya itu tercapai dan terpenuhi. Manusia tipe ini sangat baik ditiru semangatnya karena dia selalu menuju ke arah yang lebih positif.
3.      Tipe manusia yang dikuasai oleh hasratnya, cocok menjadi pekerja tangan. Maksudnya disini adalah, ketika kita mengerjakan sesuatu hanya bermodalkan hasrat saja tanpa diimbangi dengan akal fikiran. Niscaya kita tidak akan pernah maju, karena hanya mengikuti hawa nafsu tanpa memikirkannya terlebih dahulu. Maka dari itu, hasrat saja tidak cukup untuk mewujudkan sesuatu. Tipe manusia ini sangat berhasrat tapi tidak memikirkannya terlebih dahulu.
Dari pembahasan diatas dapat di ambil kesimpulan singkat, psikologi kepribadian sangatlah penting untuk mengetahui tentang perbedaan dan tipe-tipe setiap individu. Karena, setiap manusia memiliki tipe, watak dan kepribadian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Maka dari itu, pengetahuan tentang keperibadian itu sangat berguna untuk kedepannya. Sebagai calon tenaga pendidik, kita nanti akan menemui kendala berupa perbedaan karakter siswa-siswi kita.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan diatas, kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
Sedangkan tipologi adalah ilmu mengenai tipe. Tipe adalah pola sifat suatu individu, kelompok, dan lain sebagainya. Tipe digunakan karena mereka menyediakan sarana klasifikasi dari pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok yang berguna untuk tujuan analisis. Tipologi temperamen menurut Plato ada tiga, yaitu: pikiran, kemauan,dan hasrat.

B.     Saran
Berbicara mengenai temperamen, berbicara juga mengenai perbedaan setiap individu. Cara mengatasinya adalah dengan cara melakukan pendekatan terhadap individu yang mempunyai pandangan yang berbeda dan menyatukan fikiran dan gagasannya secara perlahan. Karena, kalau dipaksa akan menimbulkan efek yang tidak baik dan cenderung akan semakin rumit masalah yang di hapapi.


DAFTAR PUSTAKA

Agus Sujanto (2014), Psikologi Umum, Jakarta: Bumi Aksara.
Baharudin (2007), Psikologi Pendidikan: Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena, Yogyakarta: Ar-Ruz Media.
John W. Santrock (2014), Psikologi Pendidikan, Jakarta: Salemba Humanika.
Kuntjojo (2009), Psikologi Kepribadian, Kediri: Universitas Nusantara PGRI Kediri.
Laura A. King (2016), Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif, Jakarta: Salemba Humanika.
Robert Hogan, John Johnson dan Stephen Briggs (1995), Handbook of Personality Psychology, California: Academic Press.


[1] John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Salemba Humanika,  2014), h. 150
[2] Kuntjojo, Psikologi Kepribadian, (Kediri: Universitas Nusantara PGRI, 2009), h. 12
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar