Rabu, 12 April 2017

Makalah Ilmu Mantiq dan Logika: Probabilitas dan Kekeliruan Berfikir






ILMU MANTIQ DAN LOGIKA
PROBABILITAS DAN KEKELIRUAN BERFIKIR
DOSEN PEMBIMBING: WIRA SUGIARTO, S.IP, M.Pd.I

DISUSUN OLEH:
RUZAINI
LILIK RATNA SARI
SEMESTER IV
PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS
JURUSAN TARBIYAH DAN KEGURUAN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) BENGKALIS
TAHUN AKADEMIK 2016 / 2017


KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt., karena atas rahmat-Nya kami dapat  menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Mantiq dan Logika yang berjudul “Probabilitas dan Kekeliruan Berfikir”.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak, untuk itu melalui kata pengantar ini penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Dan tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah ini.
            Terimakasih atas bantuan dan dorongan serta bimbingan yang telah diberikan kepada penulis, semoga menjadi amal sholeh dan diterima Allah sebagai sebuah kebaikan. Penulis meminta maaf jika dalam penulisan terdapat kesalahan atau kekurangan, maka dari itu penulis meminta saran dan kritikan kepada para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan semua pembaca pada umumnya.


                                                                                                Bengkalis,  Februari 2017
                                                                                                Penulis



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
A.    Latar Belakang............................................................................................................ 1
B.     Rumusan Masalah...................................................................................................... 2
C.    Tujuan Penulisan......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................. 3
A.    Pengertian Probabilitas.............................................................................................. 3
B.     Macam-Macam Probabilitas..................................................................................... 4
C.    Manfaat Probabilitas dalam Penelitian.................................................................... 5
D.    Ilmu dan Probabilitas................................................................................................. 5
E.     Teori-Teori Probabilitas............................................................................................. 6
F.     Pengertian Kekeliruan Berfikir................................................................................. 7
G.    Macam-Macam Kekeliruan Berfikir........................................................................ 8
1.      Kekeliruan Formal...................................................................................... 8
2.      Kekeliruan Informal................................................................................... 10
3.      Kekeliruan dalam Penggunaan Bahasa...................................................... 14
BAB III PENUTUP..................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 19


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ilmu merupakan satu kata yang memiliki banyak arti. Ilmu dapat diartikan sebagai sesuatu yang diketahui dan yang dipercayai secara pasti dan sesuai dengan kenyataan yang muncul dari satu alasan argumentasi dalil. Selain itu ilmu juga berarti gambaran yang ada pada akal tentang sesuatu. Seperti kambing, kuda dan lain-lain. Jika kambing disebut maka muncullah gambaran pada akal dengan sendirinya. Ilmu seperti ini disebut ilmu tashawwur. Diantara fungsi ilmu ialah untuk menelusuri segala sesuatu itu sesuai dengan kenyataannya atau tidak.
Sedangkan mantiq secara etimologis atau bahasa berasal dari dua bahasa, yaitu bahasa Arab “nataqa” yang berarti berkata atau berucap dan bahasa Latin “logos” yang berarti perkataan atau sabda. Ilmu mantiq sering disebut bapak segala ilmu atau dikatakan ilmu dari segala yang benar karena ilmu mantiq ialah sebagai alat untuk menuju ilmu yang benar, atau karena ilmu yang benar perlu pengarahan mantiq. Sedangkan menurut pendapat Gensler, logic is the analysis and appraisal of arguments.[1] Yang dapat disimpulkan bahwa logika itu hanya menganalisis dan memberikan penilaian terhadap beberapa argumen yang ada.
Akhir-akhir ini kita sebagai umat manusia hanya mengandalkan pemikiran logika kosong yang bercampur hawa nafsu. Langsung mencerna apa yang kita lihat tanpa adanya pemikiran terlebih dahulu. Hal ini bisa mengakibatkan kekeliruan kita dalam menangkap suatu informasi ataupun suatu masalah. Inilah kenapa ilmu mantiq dan logika sangat diperlukan dalam pembelajaran ilmu-ilmu yang lain, untuk pendalaman teori-teori yang sudah ada sehingga akan menambah ilmu yang akan semakin berkembang menjadi beberapa cabang.
            Dalam penulisan makalah ini, penulis akan membahas salah satu pembahasan didalam ilmu mantiq dan logika, yaitu probabilitas dan kekeliruan berfikir. Kita sebagai masyarakat awam, pastinya sudah tidak asing lagi dengan kata probabilitas. Apa itu probabilitas? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, probabilitas adalah kemungkinan. Dalam ilmu matematika, probabilitas juga sering disebut dengan peluang atau kesempatan, jika di rinci lebih jelas lagi probabilitas adalah cara untuk mengungkapkan pengetahuan atau kepercayaan bahwa suatu kejadian akan berlaku atau telah terjadi. Selanjutnya ialah kekeliruan berfikir, dalam materi ini ada beberapa hal yang akan di pelajari dan dibahas di dalam makalah penulis.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu probabilitas?
2.      Apa saja macam-macam probabilitas?
3.      Apa saja manfaat probabilitas dalam penelitian?
4.      Apa hubungan ilmu dengan probabilitas?
5.      Apa saja teori-teori dalam probabilitas?
6.      Apa pengertian kekeliruan berfikir?
7.      Apa saja macam-macam kekeliruan formal?

C.    Tujuan Penulisan
            Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Mantiq dan Logika secara khusus. Secara umum, tujuan penulisan makalah ini agar para pembaca dapat mengetahui apa saja yang ada di dalam materi mantiq dan logika, khususnya probabilitas dan kekeliruan berfikir.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Probabilitas
Probabilitas adalah suatu kemungkinan atau derajat ketidak pastian dari suatu peristiwa yang akan datang. Yang mana hidup, merupakan suatu tempat kita menentukan kebijaksanaan yang didasarkan dari kemungkinan-kemungkinan yang akan datang (peluang). Yang mana sedikit sekali hal-hal yang pasti dalam hidup ini. Sesuatu yang kita yakini benar bila kita menganalisis secara tepat dengan fakta yang ada, dan akan menunjukkan tingkatan dari kemungkinan, yakni; biasanya, kemungkinan besar, mungkin sekali, ataupun mungkin pasti. 
Banyak hal-hal yang kebenarannya tidak dapat diketahui oleh manusia dengan pasti, akan tetapi dengan pengalaman manusia itu tahu kemungkinan itu bisa dimengerti, dari benar atau setidak-tidaknya ada kemungkinan benar. Tanpa percaya dengan probabilitas maka kehidupan manusia akan mengalami kesulitan-kesulitan yang tidak dapat diatasi. Kata seorang filsuf inggris “probability is the guide to life”. Yang mana dalam kehidupan manusia adalah sering mengalaminya dengan akibat dari pengalaman-pengalaman yang telah dilakukan baik oleh dirinya ataupun oleh orang lain. Yang mana pula ada sebuah pepatah bahwa “the best teacher is an experience”, yang mana artinya “guru yang paling baik adalah sebuah pengalaman”. Ini berarti dalam kehidupannya manusia sering bertindak atas dasar probabilitas. Yang mana ini berarti bahwa waktu melakukan tindakan itu, manusia mempunyai harapan, bahwa yang dipercayainya secara rasional itu akan benar-benar terjadi atau benar-benar ada. Eksperimen adalah setiap prosedur yang jelas daan tetap yang harus dikerjakan atau setiap cara tertentu dan tetap dapat dikerjakan. Tidak hanya manusia yang mengerjakan suatu eksperimen akan tetapi juga alam. Kejadian alam juga disebut eksperimen asal cara dan prosedurnya yang jelas. Atau dapat dikatakan jika kondisi yang diperlukan jelas dan tetap. Eksperimen yang sungguh-sungguh terjadi atau dikerjakan adalah percobaan (trial). Hasil percobaan tersebut sesuai dengan harapan disebut sukses, sedangkan setiap hasil percobaan, baik yang sukses atau tidak disebut peristiwa (event).
Generalisasi, teori, hubungan kausal yang telah kita pelajari meskipun didukung oleh fakta-fakta yang cukup dan terpercaya. David Hume berkata jika kita menggunakan suatu argumen yang tersusun atas dasar pengalaman dari masa lampau sebagai dasar dasar sebagai pertimbangan dalam membuat ramalan dimasa mendatang maka argumen ini hanya merupakan sebuah kemungkinan (probability). 
Jadi probabilitas merupakan pernyataan yang berisi ramalan tentang tingkatan keyakinan tentang terjadinya sesuatu di masa yang akan datang. Tingkatan keyakinan bisa dinyatakan dengan nilai (score) angka, bisa juga tidak dengan angka. Untuk mengetahui berapa tingkat kemungkinan mata uang yang di lemparkan ke atas jatuh dengan sisi mukanya (heads), dapat kita ukur dengan angka. Karena sebuah mata uang terdiri dari dua muka, yaitu sisi depan (heads) dan sisi belakang (tails), maka kemungkinan jatuh dengan sisi muka atau sisi belakang adalah 1:2 = ½. Sebaliknya untuk mengukur tingkat kebenaran dari evolusi dan benda-benda hidup ini, apakah dengan teori Darwin atau dengan dengan pernyataan Kitab Perjanjian Lama, maka hanya dapat diukur dengan lebih dan kurang, sehingga dapat dikatakan bahwa teori Darwin lebih mungkin daripada ramalan dalam Kita Perjanjian Lama, atau sebaliknya.[2]

B.     Macam-Macam Probabilitas
Ada dua macam probabilitas, yaitu:
1.      Probabilitas a priori, yaitu probabilitas yang disusun berdasarkan perhitungan akal, bukan atas dasar pengalaman. Untuk menentukan berapa kemungkinan mata dadu yang bakal keluar, maka mempunyai kemungkinan 1/6, karena sebuah mata dadu mempunyai enam muka. Bila dua mata uang dilemparkan, maka kemungkinan jatuh dengan dua kali sisi depannya adalah ½ x ½ = ¼.
2.      Probabilitas relatif frekuensi, yaitu probabilitas yang disusun berdasarkan statistik atas fakta-fakta empiris, seperti probabilitas tentang gagalnya tembakan pistol adalah 5. Maksudnya bahwa setiap 100 kali pistol ditembakkan maka paling tidak 5 kali di antaranya macet. Probabilitas ramalan hujan adalah 90, maksudnya setiap seratus kali ramalan dibuat maka 90 dari ramalan tersebut itu benar. Ini semuanya disusun atas dasar pengamatan atas peristiwanya. Bila kita membaca bahwa wanita yang berumur 26 tahun mempunyai probabilitas 971 yang dapat mencapai 27 tahun, ini berarti bahwa setiap 1000 wanita yang berumur 26 tahun hanya 971 yang dapat mencapai umur 27 tahun, jadis etiap 1000 wanita berumur 26 tahun meninggal sebanyak 29 orang.[3]



C.    Manfaat Probabilitas dalam Penelitian
Manfaat probabilitas dalam kehidupan sehari-hari adalah membantu kita dalam mengambil suatu keputusan, serta meramalkan kejadian yang mungkin terjadi. Jika kita tinjau pada saat kita melakukan penelitian, probabilitas memiliki beberapa fungsi antara lain:
  1. Membantu peneliti dalam pengambilan keputusan yang lebih tepat. Pengambilan keputusan yang lebih tepat dimagsudkan tidak ada keputusan yang sudah pasti karena kehidupan mendatang tidak ada yang pasti kita ketahui dari sekarang, karena informasi yang didapat tidaklah sempurna.
  2. Dengan teori probabilitas kita dapat menarik kesimpulan secara tepat atas hipotesis yang terkait tentang karakteristik populasi.
  3. Menarik kesimpulan secara tepat atas hipotesis (perkiraan sementara yang belum teruji kebenarannya) yang terkait tentang karakteristik populasi pada situssi ini kita hanya mengambil atau menarik kesimpulan dari hipotesis bukan berarti kejadian yang akan datang kita sudah ketehaui apa yang akan tertjadi.
  4. Mengukur derajat ketidakpastian dari analisis sampel hasil  penelitian dari suatu populasi.
Contoh:
Ketika diadakannya sensus penduduk 2000, pemerintah mendapatkan data perbandingan antara jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki berbanding jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan adalah memiliki perbandingan 5:6, sedangkan hasil sensus pada tahun 2010 menunjukan hasil perbandingan jumlah penduduk berjenis kelamin pria berbanding jumlah penduduk berjenis kelamin wanita adalah 5:7. Maka pemerintah dapat mengambil keputusan bahwa setiap tahunnya dari tahun 2000 hingga 2010 jumlah wanita berkembang lebih pesat

D.    Ilmu dan Probabilitas
Berdasarkan kenyataan bahwa teori, generalisasi dan kausalitas bersifat probabilistik, maka ilmu-ilmu tidak pernah memberi keterangan yang pasti tentang peristiwa-peristiwa. Teori dan keterangan yang diberikannya bersifat kemungkinan. Ini perlu kita sadari bahwa ilmu itu tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan pengetahuan bersifat mutlak. Ia berbeda dengan ilmu pendukunan yang berani menyatakan misalnya: ‘Minumlah ini, anda pasti sembuh’. Ilmu paling-paling akan menyatakan: ‘Minumlah obat ini, kemungkinan besar anda akan sembuh’. Meskipun penjelasan yang diberikan oleh ilmu adalah penjelasan probabilistik, namun probabilistik yang dapat dipertanggungjawabkan, karena ia disusun berdasarkan pengalaman. Teori ini memberikan kepada kita pengetahuan sebagai dasar mengambil keputusan. Keputusan yang kita ambil berdasarkan keterangan keilmuan itu, dengan memandang resiko yang bakal kita hadapi. Meskipun ramalan cuaca memberikan kemungkinan 0,8 tidak akan hujan (tidak memberikan 1,00 pasti tidak hujan), toh dari keterangan ini kita bisa mengambil keputusan. Ramalan 0,8 tidak akan turun hujan berarti ada peluang 0,2 untuk turun hujan. Bila kita hendak piknik meskipun kita tahu ada peluang 0,2 turun hujan, toh kita tidak akan mengurungkan niat kita, karena sudah cukup bagi kita jaminan 0,8 tidak turun hujan. Jika kita mempunyai penyakit yang bila kena air hujan akan kambuh sedemikian hebatnya, maka kita jangan ragu-ragu untuk memutuskan pergi. Kalaupun kita memutuskan pergi kita akan memakai jaket, payung dan alat penutup lainnya yang lebih rapat. Jadi tindakan yang akan kita ambil berdasarkan resiko yang mungkin timbul dari pilihan kita berkaitan dengan probabilitas yang ada.[4]

E.     Teori-Teori Probabilitas
1.      Teori Klasik 
Yang mana teori ini adalah teori yang tertua yang disusun dengan permainan judi, atau yang dikenal dengan nama teori perjudian (game theory), misal: sejumlah percobaan dapat menghasilkan sebanyak n peristiwa denagan syarat:
a.       Jumlah peristiwa (event) yang dapat terjadi dapat diketahui secara a priori, tanpa mengadakan observasi terlebih dahulu.
b.      Tidak mungkin dua peristiw terjadi secara bersama-sama 
c.       Harus tidak ada alasan untuk mengharap bahwa dari peristiwa tersebut yang satu akan lebih mudah dari yang lainnya. Ini berarti dari semua peristiwa semua itu ada persamaan kemungkinan akan terjadi, atau kata lainnya diantara peristiwa itu ada ekuiposibilitas.
Yang mana nilai probabilitas dari masing-masing peristiwa itu adalah 1/n. dalam definisi klasik probabilitas adalah hasil bagi atau koefisien dari jumlah sukses dibagi jumlah peristiwa yang memiliki ekuipobilitas. Jika kita melempar satu buah dadu, (telah mencukupi syarat 1, dan 2).dan juga melemparnya dengan sedemikian rupa dengan memenuhi ekuiposibilitas, maka masing-masing muka mendapatkan probabilitas 1/6. Kalau mata dadu masing-masing muka hanya bermata satu, maka probabilitasnya 6/6 atau 1. Sedangkan jika muka dadu tidak bermata satu, maka probabilitas adalah 0/6 atau 0. Angka 1 atau 0 adalah probabilitas yang maksimum dan minimum, yang bukan probabilitas lagi dan bukan kepastian.
2.       Teori Frekuensi Relatif
Yaitu sering atau banyaknya hasil sukses dari sejumlah percobaan. Jadi:
Frekuensi relative=  jumlah sukses (s) / jumlah percobaan (t).
Secara a priori dapat ditentukan bahwa nilai probabilitas untuk memperoleh sukses sebuah gambar dan juga angka dari uang logam seratus rupiah ialah ½, untuk menghitung frekuensi relatif, kita harus melakukan percobaan sejumlah kali dan hasilnya, misal 1 = gambar yang sukses.

(-  - 1 1 -  -  - 1  1  -   1    1   1   1) (sukses)
 1 2 3 4 5 6 7 8  9 10 11 12 13 14 (percobaan)

Deretan tersebut adalah suatu peristiwa dari 14 kali lemparan. Diantara yang sukses ada 8, teori frekuensinya adalah:

0  0 1  2  0  0  0  3  4 0  5    6    7   8
1 2 3  4  5   6  7  8 9 10 11 12 13 14

Pada teori ini menurunkan sebuah prinsip atau aksioma, yang mengatakan bahwa semakin banyak diadakan percobaan maka semakin banyak pula deretan frekuensinya, maka frekuensi akan mendekati angka akhir, jika percobaan diteruskan ampai tak terbatas itu yang disebut angka akhir atau angka limit sehingga itulah yang disebut probabilitas yang sebenarnya.
.

F.     Pengertian Kekeliruan Berfikir
Perkataan fallacy dalam bahasa Inggris secara umum berarti gagasan atau keyakinan yang salah (palsu), dalam arti teknis yang sempit itu perkataan fallacy kita terjemahkan dengan istilah “kerancuan berfikir” atau “berfikir rancu” yang semuanya menunjuk pada jalan pikiran yang tidak tepat atau keliru. Jadi, kekeliruan berfikir adalah bentuk-bentuk atau jenis-jenis argument yang tidak tepat atau yang salah (incorrect argument).
Kekeliruan berpikir atau sesat pikir adalah proses penalaran atau argumentasi yang sebenarnya tidak logis, salah arah, dan menyesatkan, suatu gejala berpikir yan salah disebabkan oleh pemaksaan prinsip-prinsip logika tanpa memperhatikan relevansinya.

G.    Macam-Macam Kekeliruan Berfikir
  1.  Kekeliruan Formal
a)      Fallacy of Four Term ( Kekeliruan Karena Menggunakan Empat Term)
Kekeliruan berpikir karena menggunakan empat term dalam silogisme. Ini terjadi karena term penengah diartikan ganda, sedangkan dalam patokan diharuskan hanya terdiri tiga term, seperti :
-        Semua perbuatan menganggu orang lain diancam dengan hukuman. Menjual barang di bawah harga tetangganya adalah mengganggu kepentingan orang lain. Jadi, menjual harga di bawah tetangganya diancam dengan hukuman.
-        Orang yang berpenyakit menular harus diasingkan. Orang berpenyakit panu adalah membuat penularan penyakit
b)      Fallacy of Undistributed Middle (Kekeliruan Karena Kedua Term Penengah Tidak Mencakup)
Kekeliruan berpikir karena tidak satu pun dari kedua term penengah mencakup, seperti :
-        Orang yang terlalu banyak belajar kurus. Dia kurus sekali, karena itu tentulah ia banyak belajar.
-        Semua anggota PBB adalah negara merdeka. Negara itu tentu menjadi anggota PBB karena memang negara merdeka.
c)      Fallacy of Illcit Process (Kekeliruan Karena Proses Tidak Benar)
Kekeliruan berpikir karena term premis tidak mencakup (undistributed) tetapi dalam konklusi mencakup seperti :
-        Kura-kura adalah binatang melata. Ular bukan kura-kura, karean itu ia bukan binatang melata.
-        Kuda adalah binatang, sapi bukan kuda jadi ia bukan binatang.
d)     Fallacy of Two Negative Premises (Kekeliruan Karena Menyimpulkan dari Dua Premis yang Negatif)
Kekeliruan berpikir karena mengambil kesimpulan dari dua premis negatif. Apabila terjadi demikian sebenarnya tidak bisa ditarik konklusi.
-        Tidak satu pun barang yang baik itu murah dan semua barang di toko itu adalah tidak murah, jadi kesemua barang di toko itu adalah baik.
-        Tidak satu pun barang yang baik itu murah dan semua barang di toko itu adalah tidak murah, jadi kesemua barang di toko itu adalah baik.
e)      Fallacy of Affirming the Consequent (Kekeliruan Karena Mengakui Akibat)
Kekeliruan berpikir karena dalam silogisme hipotetika karena membenarkan akibat kemudian membenarkan pula sebabnya, seperti :
-        Bila kita bisa berkendaraan secepat cahaya, maka kita bisa mendarat di bulan. Kita telah mendarat di bulan berarti kita telah dapat berkendaraan secepat cahaya.
-        Bila pecah perang harga barang-barang naik. Sekarang harga barang naik, jadi perang telah pecah.
f)       Fallacy of Denying Antecedent (Kekeliruan Karena Menolak Sebab)
Kekeliruan berpikir dalam silogisme hipotetika karena mengingkari sebab kemudian disimpulkan bahwa akibat juga tidak terlaksana, seperti :
-        Bila permintaan bertambah harga naik. Nah, sekarang permintaan tidak bertambah, jadi harga tidak naik.
-        Bila datang elang maka ayam berlarian, sekarang elang tidak datang, jadi ayam tidak berlarian.
g)      Fallacy of Disjunction (Kekeliruan dalam Bentuk Disyungtif)
Kekeliruan berpikir terjadi dalam silogisme disyungtif karena mengingkari alternatif pertama, kemudian membenarkan alternatif lain. Padahal menurut patokan, pengingkaran alternatif pertama, bisa juga tidak terlaksananya alternatif yang lain, seperti :
-        Dia lari ke Jakarta atau ke Bandung. Ternyata tidak di Bandung, berarti dia ada di Jakarta. (Dia bisa tidak di Bandung maupun di Jakarta).
-        Dia menulis cerita atau pergi ke Surabaya. Dia tidak pergi ke Surabaya, jadi ia tentu menulis cerita.
h)      Fallacy of Inconsistency (Kekeliruan Karena tidak Konsisten)
Kekeliruan berpikir karena tidak runtutnya pernyataan yang satu engan pernyataan yang diakui sebelumnya, seperti :
-        Anggaran Dasar organisasi kita sudah sempurna, kita perlu melengkapi beberapa pasal agar komplit.
-        Tuhan adalah Mahakuasa, karena itu Ia bisa menciptakan tuhan lain yang lebih kuasa dari Dia.

  1. Kekeliruan Informal
a)      Fallacy of Hasty Generalization (Kekeliruan Karena Membuat Generalisasi yang Terburu-buru)
Kekeliruan berpikir karena tergesa-gesa membuat generalisasi, yaitu mengambil kesimpulan umum dari kasus individual yang terlampau sedikit, sehingga ditarik melampaui batas lingkungannya, seperti :
-        Dia orang Islam mengapa membunuh. Kalau begitu orang Islam memang jahat.
-        Panen di kabupaten itu gagal, kalau begitu tahun ini Indonesia harus mengimport beras.
b)      Fallacy of Forced Hypothesis (Kekeliruan Karena Memaksakan Praduga)
Kekeliruan berpikir karena menetapkan kebenaran suara dugaan, seperti :
-        Seorang pegawai datang ke kantor dengan luka goresan di pipinya. Seseorang menyatakan bahwa isterinyalah yang melukainya dalam suatu percekcokan karena diketahuinya selama ini orang itu kurang harmonis hubungannya dengan isterinya, padahal sebenarnya karena goresan besi pagar.
-        Dua orang tengah berbincang dengan berbisik-bisik. Kemudian datang seseorang yang kebetulan mempunyai hubungan tidak baik dengan salah satu di antara mereka. Orang yang datang ini kemudian berkata: ‘Kau memang tidak suka padaku’. Kejelekanku kau siarkan ke mana-mana. (Padahal dua orang berbincang itu tengah merundingkan masalah lain).
c)      Fallacy of Begging the Question (Kekeliruan Mengundang Permasalahan)
Kekeliruan berpikir karena mengambil konklusi dari premis yang sebenarnya harus dibuktikan dahulu kebenarannya, seperti :
-        Allah itu ada karena ada bumi. (Di sini orang akan membukikan bahwa Allah itu ada dengan dasar adanya bumi, tetapi tidak dibuktikan bahwa bumi adalah ciptaan Allah).
-        Surat kabar X merupakan sumber informasi yang reliable, karena beritanya tidak pernah basi. (Di sini orang hendak membuktikan bahwa surat kabar X memang merupakan sumber informasi yang dapat dipercaya berdasarkan pemeberitaannya yang up to date, tanpa dibuktikan bahwa pemberitaannya dapat diuji kebenarannya).
d)     Fallacy of Circular Argument (Kekeliruan Karena Menggunakan Argumen yang Berputar)
Kekeliruan berpikir karena menarik konklusi tersebut dijadikan sebagai premis sedangkan premis semula dijadikan konklusi pada argumen berikutnya, seperti:
-        Sarjana-sarjana lulusan perguruan tinggi Omega kurang bermutu karena organisasinya kurang baik. Mengapa organisasi perguruan tinggi itu kurang baik? Dijawab karena lulusan perguruan tinggi itu kurang bermutu.
-        Ekonomi negara X tidak baik karena banyak pegawai yang korupsi. Mengapa banyak pegawai yang korupsi? Jawabnya karena ekonomi negara kurang baik.
e)      Fallacy of Argumentative Leap (Kekeliruan Karena Berganti Dasar)
Kekeliruan berpikir karena mengambil keputusan yang tidak diturunkan dari premisnya. Jadi mengambil kesimpulan melompat dari dasar semula, seperti:
-        Ia kelak menjadi mahaguru yang cerdas, sebab orang tuanya kaya.
-        Pantas ia cantik karena pendidikannya tinggi.
-        Bentuk tulisannya bagus, jadi ia adalah anak yang pandai.
f)       Fallacy of Appealing to Authority (Kekeliruan Karena Mendasarkan pada Otoritas)
Kekeliruan berpikir karena mendasarkan diri pada kewibawaan atau kehormatan seseorang tetapi dipergunakan untuk permasalahan di luar otoritas ahli tersebut.
-        Pisau cukur ini sangat baik, sebab Rudi Hartono selalu menggunakannya. (Rudi Hartono adalah seorang olahragawan, ia tidak mempunyai otoritas untuk menilai bagusnya logam yang dipakai untuk membuat pisau cukur).
-        Bangunan ini sungguh kokoh, sebab dokter Haris mengatakan demikian. (Dokter Haris adalah ahli kesehatan, bukan insinyur bangunan).
g)      Fallacy of Appealing to Force (Kekeliruan Karena Mendasarkan Diri pada Kekuasaan).
Kekeliruan berpikir karena berargumen dengan kekuasaan yang dimiliki, seperti menolak pendapat pendapat/argumen seseorang dengan menyatakan :
-        Kau masih juga membantah pendapatku. Kau baru satu tahun duduk di bangku perguruan tinggi, aku sudah lima tahun.
-        Ketika ditanyakan kepada Stalin tentang kemungkinan perwakilan Paus dari Roma dalam konferensi-konferensi Internasional, ia menjawab: Berapa divisi tentara yang dimiliki oleh Paus dari Roma itu untuk suatu perang terbuka? (Di sini Stalin hendak menolak usul itu dengan menunjukkan bahwa Paus tidak mempunyai kekuatan militer yang cukup).
h)      Fallacy of Abusing (Kekeliruan Karena Menyerang Pribadi)
Kekeliruan berpikir karena menolak argumen yang dikemukakan seseorang dengan menyerang pribadinya, sepertinya :
-        Dia adalah seorang yang brutal, jangan dengarkan pendapatnya.
-        Jangan dengarkan dia tentang konsep kemajuan desa ini. Waktu ia menjabat kepala desa di sini ia menyelewengkan uang Bandes (Bantuan Desa).
i)        Fallacy of Ignorance (Kekeliruan Karena Kurang Tahu)
Kekeliruan berpikir karena menganggap bila lawan bicara tidak bisa membuktikan kesalahan argumentasinya,dengan sendirinya argumentasinya, dengan sendirinya argumentasi yang dikemukakannya benar, seperti:
-        Sudah berapa kali kau kemukakan alasanmu tetapi tidak terbukti gagasanku salah. Inilah buktinya bahwa pendapatku benar.
-        Kalau kau tidak bisa membuktikan bahwa hantu itu ada maka teranglah pendapatku benar, bahwa hantu itu tidak ada.
j)        Fallacy of Complex Question (Kekeliruan Karena Pertanyaan yang Ruwet)
Kekeliruan berpikir karena mengajukan pertanyaan yang bersifat menjebak, seperti:
-        Jam berapa kau pulang semalam? (Yang ditanya sebenarnya tidak pergi. Penanya hendak memaksakan pengakuan bahwa yang ditanya semalam pergi).
-        Jadi, anda sekarang sudah berhenti dari kebiasaan menganiaya isteri anda? (Penanya hendak memaksakan pengakuan bahwa yang ditanya pernah menganiaya isterinya). Jika pertanyaan ini dijawab dengan ‘ya’ berarti orang yang ditanya setidak-tidaknya pernah menganiaya isterinya. Bila dijawab ‘tidak’ berarti yang ditanya terus melaksanakan kebiasaan jeleknya menganiaya isterinya, padahal orang yang ditanya barangkali memang belum pernah melakukan penganiayaan kepada isterinya.
k)      Fallacy of Oversimplication (Kekeliruan Karena Alasan Terlalu Sederhana)
Kekeliruan berpikir karena beragumentasi dengan alasan yang tidak kuat atau tidak cukup bukti, seperti:
-        Kendaraan buatan Honda adalah terbaik, karena paling banyak peminatnya.
-        Marilah kita jaga agar pikiran kita yang suci ini jangan sampai dikotori oleh jalan pikiran ahli teologi, karena permasalahan teologi adalah menyesatkan pikiran kita. Coba pikir dalam permasalahan kejahatan. Jika Tuhan menghendaki kejahatan Tuhan adalah jahat; sedangkan bila Tuhan tidak menghendaki kejahatan berarti Tuhan itu lemah, karena di dunia ini kejahatan selalu ada. Coba tuan-tuan mau pilih alternatif lama. Inilah bukti ilmu teologi adalah menyesatkan. (Di sini seseorang hendak mengajak orang lain agar menjauhi penyelidikan di bidang teologi dengan mengajukan bukti yang belum cukup luat bahwa teologi memang harus dihindari).
l)        Fallacy of Accident (Kekeliruan Karena Menetapkan Sifat)
Kekeliruan berpikir karena menetapkan sifat bukan keharusan yang ada pada suatu benda bahwa sifat itu tetap ada selamanya, seperti:
-        Daging yang kita makan hari ini adalah dibeli kemarin.
-        Daging yang dibeli kemarin adalah daging mentah, jadi hari ini kita makan daging mentah.
m)    Fallacy of Irrelevant Argument (Kekeliruan Karena Argumen yang Tidak Relevan)
Kekeliruan berpikir karena mengajukan argumen yang tidak ada hubungannya dengan masalah yang menjadi pokok pembicaraan, seperti:
-        Pisau silet itu berbahaya daripada peluru, karena tangan kita seringkali teriris oleh pisau silet dan tidak pernah oleh peluru.
-        Kau tidak mau mengenakan baju yang aku belikan. Apakah engkau mau telanjang berangkat ke perjamuan itu?
n)      Fallacy of False Analogy (Kekeliruan Karena Salah Mengambil Analogi)
Kekeliruan berpikir karena menganalogikan dua permasalahan yang kelihatannya mirip, tetapi sebenarnya berbeda secara mendasar, seperti :
-        Saya heran mengapa banyak orang takut menggunakan kapal terbang dalam bepergian karena banyak orang yang tewas karena kecelakaan kapal terbang. Kalau begitu sebaiknya orang jangan tidur di tempat tidur, karena  hampir semua orang menemui ajal di tempat tidur.
-        Seniman patung memerlukan bahan untuk menciptakan karya-karya seni, maka Tuhan pun memerlukan bahan dalam mencipta alam semesta.
o)      Fallacy of Appealing to Pity (Kekeliruan Karena Mengundang Belas Kasihan)
Kekeliruan berpikir karena menggunakan uraian yang sengaja menarik belas kasihan untuk mendapatkan konklusi yang diharapkan. Uraian itu sendiri tidak salah tetapi menggunakan uraian-uraian yang menarik belas kasihan agar kesimpulan menjadi lain, padahal masalahnya berhubungan dengan fakta, bukan dengan perasaan inilah letak kekeliruannya. Kekeliruan ini sering digunakan dalam peradilan oleh pembela atau terdakwa, agar hakim memberikan keputusan yang sebaik-baiknya, seperti pembelaan Clarence Darrow, seorang penasehat hukum terhadap Thomas I Kidd yang dituduh bersekongkol dalam perbuatan kriminal dengan mengatakan sebagai berikut :
-        Saya sampaikan pada anda (para yuri), bukan untuk kepentingan Thomas Kidd tetapi menyangkut permasalahan yang panjang, ke belakang ke masa yang sudah lampau maupun ke depan di masa yang akan datang, yang menyangkut seluruh manusia di bumi. Saya katakan pada anda bukan untu Kidd, tetapi untuk mereka yang bangun pagi sebelum dunia menjadi terang dan pulang malam hari setelah lanit diterangi bintang-bintang, mengorbankan kehidupan dan kesenangannya, bekerja berat demi terselenggaranya kemakmuran dan kebesaran, saya sampaikan pada anda demi anak-anak yang sekarang hidup maupun yang akan lahir.

  1. Kekeliruan Karena Penggunaan Bahasa
a)      Fallacy of Composition (Kekeliruan Karena Komposisi)
Kekeliruan berpikir karena menetapkan sifat yang ada pada bagian untuk menyifati keseluruhannya, seperti :
-        Setiap kapal perang telah siap tempur, maka keseluruhan angkatan laut negara itu sudah siap tempur.
-        Mur ini sangat ringan, karena itu mesinnya tentu ringan juga.
b)      Fallacy of Division (Kekeliruan dalam Pembagian)
Kekeliruan berpikir karena menetapkan sifat yang ada pada keseluruhannya, maka demikian juga setiap bagiannya, seperti :
-        Kompleks ini dibangun di atas tanah yang luas, tentulah kamar-kamar tidurnya juga luas.
-        Di perguruan tinggi para mahasiswa belajar hukum, ekonomi, sejarah, sastra, filsafat, teknik, kedokteran, arsitektur, karena itu setiap mahasiswa tentulah mempelajari semua ilmu-ilmu tersebut.
c)      Fallacy of Accent (Kekeliruan Karena Tekanan)
Kekeliruan berpikir karena kekeliruan memberikan tekanan dalam pengucapan, seperti:
-        Ibu, ayah pergi (yang hendak dimaksud adalah ibu dan ayah pembicara sedang pergi. Seharusnya tidak ada penekanan pada ibu, sebab maknanya menjadi pemberitahuan pada ibu bahwa ayah baru saja pergi).
-        Kita tidak boleh membicarakan kejelekan, kawan. (Yang dimaksud, kita dilarang membicarakan kejelekan kawan kita. Tetapi dengan memberi tekanan pada kejelekan, maknanya menjadi lain).
d)     Fallacy of Amphyboly (Kekeliruan Karena Amfiboli)
Kekeliruan berpikir karena menggunakan susunan kalimat yang dapat ditafsirkan berbeda-beda, seperti:
-        Croesus dan Lydia tengah memikirkan untuk berperang melawan kerajaan Persia. Sebagai raja yang berhati-hati ia tidak akan melaksanakan peperangan manakala tidak ada jaminan untuk menang. Oleh karena itu meminta pertimbangan pendeta Oracle Delphi, untuk mendapatkan sabda dewa. Ia mendapat jawaban berikut: Bila Croesus berangkat melawan Cyrus ia akan menghancurkan sebuah kerajaan besar. Puas dengan ramalan ini ia menyimpulkan bahwa ia akan menang melawan Cyrus, raja Persia. Ia berangkat ke medan laga dan dalam tempo yang singkat pasukannya dapat ditumpas oleh Cyrus, dan ia sendiri ditawan. Waktu menunggu dihukum bunuh ia menulis surat, mencela sangat keras para pendeta di Oracle Delphi. Para pendeta menjawab bahwa bagaimanapun juga mereka menghancurkan sebuah kerajaan besar, kerajaannya sendiri.
-        Seorang anak muda datang kepada seorang peramal apakah judi yang pertama kali ia ikuti nanti malam akan menang atau kalah, ia mendapat jawaban; anda akan mendapat pengalaman yang bagus. Atas jawaban ini ia sangat puas dan menyimpulkan ia akan menang dalam perjudian. Ternyata ia kalah. Waktu ia kembali ke tempat tukang ramal dan menanyakan mengapa ramalannya melesat, tukang ramal itu menjawab; saya benar, sebab dengan kekalahan ini anda mendapat pengalaman yang bagus, bahwa judi itu membawa penderitaan.
e)      Fallacy of Equivocation (Kekeliruan Karena Menggunakan Kata dalam Beberapa Ahli)
Kekeliruan berpikir karena menggunakan kata yang sama dengan arti lebih dari satu, seperti :
-        Gajah adalah binatang, jadi gajah kecil adalah binatang yang kecil. (Kecil dalam ‘gajah kecil’ berbeda pengertiannya dengan kecil dalam ‘binatang kecil’).
-        Menunggu satu ¼ jam adalah lama, maka menggarap soal ujian ¼ jam adalah lama.[5]
            Dari seluruh penjelasan yang ada di atas, dapat ditarik kesimpulan yang singkat tentang probabilitas dan kekeliruan berfikir. Bahwa setiap individu memerlukan yang namanya menerka-nerka atau memprediksi sesuatu yang akan terjadi dengan menggunakan perhitungan-perhitungan dan ilmu-ilmu yang sudah ada. Namun, di samping itu adapula yang harus dilakukan oleh setiap individu maupun kelompok adalah menggunakan ilmu-ilmu yang ada untuk memecahkan masalah yang ada, dengan cara berfikir kritis dan penuh perhitungan. Yaitu dengan cara probabilitas maupun kecermatan dalam menelaah suatu masalah dan jangan sampai membuat kekeliruan.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
 Probabilitas merupakan pernyataan yang berisi ramalan tentang tingkatan keyakinan tentang terjadinya sesuatu di masa yang akan datang.  Manfaat probabilitas dalam kehidupan sehari-hari adalah membantu kita dalam mengambil suatu keputusan, serta meramalkan kejadian yang mungkin terjadi. Yang mana dalam mengambil keputusan dengan cara probabilitas ini diperlukan kajian dan perhitungan yang tepat, bukan asal tebang pilih dan asal menerka.
Sedangkan, kekeliruan berfikir adalah bentuk-bentuk atau jenis-jenis argument yang tidak tepat atau yang salah (incorrect argument).  Dalam ilmu logika kekeliruan berfikir terbagi menjadi tiga yaitu kekeliruan formal, kekeliruan informal dan kekeliruan karena penggunaan bahasa. Dalam konteks yang nyata, seseorang wajar mengalami kekeliruan berfikir, namun harus di minimalisir kekeliruan tersebut untuk mendapatkan pembenaran dalam suatu penyelesaian masalah.

B.     Saran
1.      Probabilitas memang sangat diperlukan untuk masa sekarang, karena banyak ilmu-ilmu sains dan sosial yang menggunakan probabilitas untuk menyelesaikannnya. Maka dari itu, teori-teori yang bisa membantu probabilitas tersebut harus bisa menjamin penyelesaian dari masalah tersebut. Ilmuwan seharusnya bisa memanfaatkan probabilitas jika suatu permasalahan itu menemui jalan buntu atau tersendat, karena jawaban yang menggunakan probabilitas hampir-hampir mendekati jawaban yang sebenarnya. Tapi, harus melalui prosedur yang sesuai sehinggat tidak mendapatkan jawaban yang asal-asalan.
2.      Berbicara mengenai kekeliruan berfikir, ini merupakan hal yang lumrah bagi setiap manusia. Tapi, kekeliruan ini tidak boleh dijadikan hal yang biasa, karena akan berdampak sangat buruk bagi perkembangan setiap individu. Maka dari itu, kekeliruan dalam berfikir harus diminimalisir dengan cara mengevaluasi diri sendiri, apa yang salah dengan diri sendiri. Jangan mencerna sesuatu secara mentah-mentah jika belum tahu apakah sesuatu itu nyata atau abstrak. Maka dari itu, berfikir dahulu sebelum bertindak guna mencegah kekeliruan berfikir. Apabila manusia sudah keliru dalam fikirannya, maka secara otomatis sifat dan gestur manusia tersebut akan keliru juga. Selain mengevaluasi diri sendiri, sebagai manusia kita harus sabar. Sabar dalam arti berfikir dahulu sebelum melakukan sesuatu supaya tidak terburu-buru dan tidak salah jalan.



DAFTAR PUSTAKA

A. Basiq Djalil (2010). Logika (Ilmu Mantiq). Jakarta: Prenada Media Group.
Harry J. Gensler (2002). Introduction to Logic. London: Taylor & Francis Routledge.
Mundiri (2015). Logika. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Partap Sing Mehra dan Jazir Burhan (1986). Pengantar Logika Tradisional. Bandung: Binacipta.
R. G. Soekidjo (2003). Logika Dasar: Tradisional, Simbolik, dan Induktif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.


[1] Harry J. Gensler, Introduction to Logic, (London: Taylor & Francis Routledge, 2002), h. 305
[2] Mundiri, Logika, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2015), h. 207-208
[3] Copi dalam Mundiri, h. 208-209
[4] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Mundiri, h. 209-210
[5] Mundiri, h. 211-224

2 komentar:

  1. video poker games you should never play in VR
    Video poker games you should never play in online converter of youtube to mp3 VR. — If you enjoy playing poker, you should definitely take a shot at your own hand in VR!

    BalasHapus
  2. Harrah's Hotel and Casino Las Vegas - MapyRO
    Address: 2200 김포 출장안마 South 문경 출장안마 Las Vegas Blvd, Las 춘천 출장안마 Vegas, NV 89109. Phone: (702) 770-7000 Toll 진주 출장샵 Free: 702.693.5577. 김천 출장샵 Website: www.harrahs.lv.

    BalasHapus