ILMU MANTIQ DAN
LOGIKA
KESALAHAN LOGIS
DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
DOSEN
PEMBIMBING: WIRA SUGIARTO, S.IP, M.Pd.I
DISUSUN OLEH:
RUZAINI
NIM: 36 1 2 15 0020
SEMESTER IV
PROGRAM STUDI
TADRIS BAHASA INGGRIS
JURUSAN TARBIYAH
DAN KEGURUAN
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) BENGKALIS
TAHUN AKADEMIK 2016 / 2017
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah puji
syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt., karena atas rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas individu mata kuliah Ilmu Mantiq dan Logika yang
berjudul “Kesalahan Logis Dalam Kehidupan Sehari-Hari”.
Dalam penyelesaian
makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari beberapa
pihak, untuk itu melalui kata pengantar ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Dan tidak lupa
pula penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah yang telah
membimbing kami dalam penulisan makalah ini.
Terimakasih atas bantuan dan dorongan
serta bimbingan yang telah diberikan kepada penulis, semoga menjadi amal sholeh
dan diterima Allah sebagai sebuah kebaikan. Penulis meminta maaf jika dalam
penulisan terdapat kesalahan atau kekurangan, maka dari itu penulis meminta
saran dan kritikan kepada para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan semua pembaca pada umumnya.
Bengkalis, Mei 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Berpikir adalah obyek material logika.
Yang dimaksudkan dengan berpikir di sini ialah kegiatan pikiran, akal budi
manusia. Dengan berpikir manusia mengolah, mengerjakan pengetahuan yang telah
diperoleh. Dengan mengolah dan mengerjakan ia dapat memperoleh kebenaran. Akan
tetapi, bukan sembarangan
berpikir yang diselelidiki dalam logika, melainkan dalam logika berpikir
dipandang dari sudut kelurusan, ketepatan. Oleh karena itu, berpikir lurus,
tepat, merupakan obyek formal logika. Kapan suatu pemikiran disebut lurus?
Suatu pemikiran disebut lurus, tepat, apabila pemikiran itu sesuai dengan
hukum-hukum dan aturan-aturan yang ditetapkan dalam logika. Kalau peraturan
peraturan itu ditepati, dapatlah berbagai kesalahan atau kesesatan dihindarkan.
Jadi, kebenaran juga dapat diperoleh dengan lebih mudah dan lebih aman. Banyak
sekali di kehidupan sehari-hari kita menemukan kesalahan logis.
Semua ini menunjukkan bahwa logika merupakan suatu
pegangan atau pedoman untuk pemikiran dasar, gagasan, simpulan yang salah atau
keliru. Kesalahan logis disebabkan oleh ketidaktepatan orang mengikuti tata
cara pikirannya.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa itu kesalahan logis?
2.
Apa saja contoh kesalahan logis dalam
kehidupan sehari-hari?
C. Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Mantiq dan Logika secara khusus. Secara umum, tujuan penulisan makalah ini agar
para pembaca dapat mengetahui apa saja yang ada di dalam materi mantiq dan
logika, khususnya kesalahan logis dan contohnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesalahan
Logis
Kesalahan logis
yang di dalam bahasa asing disebut fallacy (Inggris) atau drogreden
(Belanda), bukanlah
kesalahan dalam fakta seperti misalnya ‘Pangeran Diponegoro wafat tahun 1950,
tetapi merupakan bentuk kesimpulan yang dicapai atas dasar logika atau penalaran
yang tidak sehat, misalnya ‘Dadang lahir di bawah bintang Scorpio, maka
hidupnya akan penuh penderitaan’.
Berikut ini
berbagai kesalahan logis, agar dapat dikenali identitasnya sehingga dapat
ditanggulangi kemungkinannya.
1.
Generalisasi Tergesa-gesa
Kesalahan
logis yang ini sekadar akibat dari induksi yang salah karena berdasar pada sampling
hal-hal khusus yang tidak cukup, atau karena tidak memakai batasan (seperti:
banyak, sering, kadang-kadang, jarang, hampir selalu, di dalam keadaan
tertentu, beberapa, kebanyakan, sebagaian besar, sejumlah kecil, dan lain
sebagainya).
Generalisasi tergesa-gesa terjadi karena
kecerobohan, tidak mempunyai dasar induktif yang sehat. Lihat, misalnya, ucapan
atau ungkapan sebagai berikut:
a.
Guru-guru tidak sadar akan masalah-masalah
yang paling mendesak dari murid-muridnya.
b.
Kejahatan-kejahatan yang terjadi
akhir-akhir ini berlatar belakang politik.
2.
Non Sequitur (Belum
Tentu)
Kesalahan
logis non sequitur (istilah bahasa Latin, berarti ‘ia tidak mengikuti’, it
does not follow) yang di sini diindonesiakan dengan ‘belum tentu’ merupakan
kesalahan yang terjadi karena premis yang salah dipakai. Non sequitur
merupakan loncatan sembarangan dari suatu premis ke kesimpulan yang tidak ada
kaitannya dengan premis tadi. Hubungan premis dan kesimpulan hanya semu,
hubungan yang sesungguhnya tidak ada. Lihat, misalnya, kesalahan logis non
sequitur berikut ini:
a.
Dia orang yang pandai, maka perilakunya
pasti aneh.
b.
Santi suka mengganggu anak lelaki. Ia
agaknya suka sekali pacaran.
3.
Analogi Palsu
Analogi
palsu adalah suatu bentuk perbandingan yang mencoba membaut suatu idea
atau gagasan terlihat benar dengan cara membandingkannya dengan idea
atau gagasan lain yang sesungguhnya tidak mempunyai hubungan dengan ide atau
gagasan yang pertama tadi. Misalnya apabila seorang menyamakan kepala negara
dengan kepala manusia dipotong maka akan matilah mansuia tersebut; bagitu pula
apabila kepala negara dibunuh, maka negara itu akan hancur. Jelas contoh
tersebut suatu analogi palsu. Perhatikan beberapa analogi palsu berikut ini:
a. Membuat
isteri bahagia adalah seperti membuat anjing kesayangan bahagia. Belai
kepalanya sesering mungkin, dan beri makanan yang baik sebanyak mungkin.
b. Hidup
ini laksana orang mampir ke warung; begitu kebutuhannya tercukupi, ia pergi meninggalkannya.
4.
Penalaran Melingkar
Penalaran
melingkar adalah kealahan logis karena si penalar meletakkan kesimpulannya ke
dalam premisnya, dan kemudian memakai premis tersebut untuk membuktikan
kesimpulannya. Jadi, kesimpulan dan premisnya sama (begging the question). Perhatikan
penalaran melingkar berikut ini:
a.
Pendidikan patut diingini karena orang
terdidik patut diingini.
b.
Kehidupan abadi pasti ada karena
kenyataan tidak dapat matinya jiwa manusia menjamin hal itu.
5.
Deduksi Cacat
Manakala kita memakai
suatu premis yang cacat di dalam menarik suatu kesimpulan deduktif, besar
kemungkinan kesimpulannya juga cacat. Penggunaan premis yang cacat sangat
sering terjadi hingga seyogianya di dalam penalaran atau diskusi yang serius
kita berhenti sejenak dan mempertanyakan premis-premis yang kita pakai. Apakah
premis-premis tersebut dapat dijadikan gantungan yang sah bagi kesimpulan.
Perhatikan kesalahan
logis yang disebut deduksi cacat berikut ini, dan perhatikan pula betapa
rapuhnya premis mayor yang dijadikan sandaran kesimpulannya.
a.
Andar tumbuh dalam keluarga tanpa
seroang ayah. Ia akan jadi masalah di sekolahnya.
b.
Mobil bekal yang kubeli menurut speedometer-nya
baru berjalan 12.000km. mobil tersebut pasti mobil yang masih hebat.
6.
Pikiran Simplistis
Pikiran
simplistis adalah kesalahan logis karena si penalar terlalu menyederhanakan
masalah. Masalah yang begitu berseluk-beluk disederhanakan menjadi dua kutub
yang berlawanan (karenanya disebut pula pikiran polarisasi), atau dirumuskan
hanya ke dalam dua segi, yaitu hitam-putih, atau dirumuskan sebagai hanya dua
pilihan ini atau itu. Jelas penyederhanaan di atas, atau dua kutub, atau dua
segi, atau dua pilihan tersebut tidak sehat karena di dalam bidang perilaku
manusia yang sangat berseluk beluk jarang sekali terdapat barang-barang atau
gagasan-gagasan itu yang selalu baik atau buruk, hitam atau putih, benar atau
salah, dan seterusnya. Telah adan nuansa, umumnya bahkan barang-barang atau
gagasan-gagasan tadi berupa campuran baik dan buruk, hitam dan putih, dan
sebagainya. Perhatikan kesesatan logis yang disebut pikiran simplistis berikut
ini:
a.
Dalam perjuangan untuk kemenangan
politik hanya ada dua pilihan: Anda itu kawan atau lawan.
b.
Prestasi ilmu begitu mengagumkan, maka
cara berpikir secara ilmiah niscaya dimasyarakatkan dan dijadikan model
berpikir yang benar-benar berpikir.
7.
Argumen ad Hominem
Kesalahan
logis ini terjadi karena kita tidak memperhatikan masalah yang sesungguhnya dan
menyerang orangnya, pribadinya. Sebagian pelajar dalam usaha menunjukkan bahwa
guru yang tidak disukainya itu guru yang jelek cara mengajarnya. Maka mereka
menyerang caranya guru tersebut berpakaian, menyerang kehidupan sosialnya,
menyerang pandangan politiknya, menyerang potongan tubuhnya, dan lain-lain segi
pribadi guru tersebut yang sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan kemampuan
mengajarnya.
Godaan
yang menyerang pribadi seseorang memang terkadang kuat, khususnya manakala
luapan emosi menghebat. Tetapi, seorang penalar yang tertib akan mengendalikan
diri dan tetapi hanya membidik pada masalahnya serta melancarkan penalaran
sehat.
8.
Argumen ad Populum
Sasaran
kesalahan logis argumen ad populum adalah kelompok, bukan masalahnya. Argumen
ad populum sering terdapat pada pidato-pidato yang diarahkan pada kelompok
yang kurang maju daya kritiknya. Orang-orang yang tidak tahu atau tidak cukup
informasi akan mudah digelorakan perasaannya untuk membenci kelompok atau
golongan lain.
Contoh
argumen ad populum misalnya sewaktu kolonel Kaddafi dari Libia
mengunjungi Kairo pada tahun 1973 dan berbicara tentang The Woman’s Lib
Movement. Ia menyerang gerakan feminis ini atas dasar wanita adalah ‘kotor’ dan
‘secara fisiologis inferior’. Contoh lain dapat dilihat, misalnya pidato Bung
Karno sewaktu mengajak bangsa Indonesia keluar dari PBB. Lihat juga misalnya
karya Shakespeare yang berjudul ‘Julius Ceasar’ pada bagian sewaktu Markus
Antonius (Mark Anthony) hendak mengubur Caesar.
9.
Kewibawaan Palsu
Kewibaan
terkadang dibutuhkan untuk memberi bobot pada penalaran kita. Pengutipan
seorang ekspert patut diberi perhatian dan sangat dibenarkan. Apabila terdapat
perseilihan paham antara kewibawaan, tugas dan persoalan kita, hendaknay
kritis. Kesalahan logis dari kewibawaan palsu adalah karena dipakainya
kewibawaan bukan yang sesungguhnya. Henry Dunant, misalnya, dipakai sebagai
ekspert dalam berbicara tentang masalah-masalah politik, atau Einstein sebagai
kewibawaan dalam menulis tentang nutrisi anak balita.
10. Sesudahnya
Maka Karenanya
Kesalahan
logis ini berkaitan dengan salah interpretasi terhadap hubungan sebab akibat. Kesalahan
logis ‘sesudahnya maka karenanya’ sering terjadi di dalam praktek kehidupan.
Penyebabnya adalah kita sering ceroboh dalam mengidentifikasi yang benar-benar
menjadi sebab sesuatu. Sesuatu yang mendahului sesuatu lain tidak harus atau
tidak tentu menjadi sebab dari sesuatu yang terjadi kemudian.
Dalam
menalar dan menilai penalaran orang lain harus diperhatikan benar-benar
penyebab sesungguhnya dari sesuatu. Penyelidikan yang saksama biasanya juga
akan menungkapkan sebab-sebab yang sangat berseluk-beluk dari
peristiwa-peristiwa yang juga sangat berseluk-beluk. Periksa hal berikut dengan
seksama:
a.
Presiden tidak bersedia tampil di depan
komisi-komisi DPR karena ia harus menyembunyikan sesuatu.
b.
Soto sulung yang saya makan ketika makan
sore kemarin benar-benar dapat membuat saya tidur. Maka kini, setiap akan tidur
malam, saya akan makan soto sulung.
11. Tidak
Relevan
Kebanyakan
orang sering merasa sulit untuk tetapi memegang pokok masalah. Sering kali kita
tergoda untuk menyeleweng dari pokok masalah atau bahkan, tidak menghiraukan
sama sakali pokok masalahnya. Seorang bawahan tidak mau menerima teguran atasan
dan, bahkan, mencari pembenaran perbautannya atas dasar bahwa atasannya jgua
berbuat yang tidak benar itu. Tetapi, apabila atasannya betul berbuat yang
tidak benar, maka ia pun harus ditindak oleh atasan tersebut. Kesalahan atasan,
jika itu ada, tidak dapat membenarkan kesalahan bawahan. Manakala hal tersebut
dijadikan landasan penalaran maka berarti lari ke hal yang tidak relevan.
Contoh
lain:
di dalam suatu surat rekomendasi tertulis kalimat sebagai berikut:
“Bersama
surat ini saya memberikan rekomendasi agar Drs. Abidin diangkat sebagai
peneliti kimia. Drs. Abidin adalah tetangga saya selama bertahun-tahun dan ia,
bahkan, menjadi Ketua RT dari kampung saya, dan kini juga menjadi ketua
kelompok bridge di lingkungan kita.”
Bagaimana
mutu rekomendasi tersebut? Kenyataan bahwa Drs. Abidin tetangga yang sudah
lama, Ketua RT, ketua kelompok bridge, adalah tidak relevan dengan
rekomendasi agar ia diangkat sebagai peneliti kimia.
B. Contoh
Kesalahan Logis Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Berikut ini
beberapa contoh kesalahan logis dalam kehidupan sehari-hari yang penyusun cari
di internet:
1.
Tulisan
“Kereta Khusus Wanita” pada gerbong Commuter Line Jabodetabek
Kita tahu bahwa Commuter
Line Jabodetabek terdiri dari 7 gerbong , di gerbong pertama dan terakhir
dikhususkan untuk wanita. Dalam kasus tersebut terjadi kesalahan logis bahwa
tulisan “kereta khusus wanita” kurang tepat. Commuter Line tersebut
adalah transportasi untuk umum. Yang dimaksud khusus wanita adalah gerbongnya,
bukan keretanya.
2.
Papan
peringatan di Pantai Menganti, Kebumen
Di Pantai Menganti
terdapat papan peringatan bertuliskan ”Peringatan! Tempat Keramat, Jagalah
Kesopanan Anda di Tempat ini”. Peringatan tersebut tidak logis karena penalaran
yang kita tangkap adalah kita hanya diharuskan menjaga kesopanan di tempat
keramat. Padahal semestinya kita harus menjaga kesopanan dimanapun kita berada.
Kesalahan logis dalam kehidupan merupakan hal yang
lumrah dan wajar, karena kesalahan itu ada terkadang tanpa ada unsur
kesengajaan atau hanya sekedar spontanitas yang menurut orang lain benar.
Namun, kita seharusnya bisa berfikir lebih logis lagi mengenai kesalahan dalam
berfikir dan bertindak dengan cara mempelajari ilmu logika lebih mendalam lagi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesalahan logis merupakan bentuk kesimpulan yang dicapai
atas dasar logika atau penalaran
yang tidak sehat. Ada beberapa macam kesalahan logis yang sering terjadi pada
lingkungan dan kehidupan kita yaitu, generalisasi tergesa-gesa, belum tentu,
analogi palsu, penalaran melingkar, deduksi cacat, pikiran simplistis, argumen
ad hominem, argumen ad populum, kewibaan palsu, sesudahnya maka karenanya, dan
tidak relevan
B.
Saran
1.
Kesalahan logis sangat banyak kita temui
dalam kehidupan sehari-hari dan bahkan sudah menjadi kebiasaan orang-orang
sekitar. Mereka menganggap bahwa kesalahan itu benar dan sudah diakui oleh
semua orang. Seharusnya kesalahan itu diluruskan secara perlahan sehingga
masyarakat bisa menerima dengan perlahan dan menerapkannya.
2.
Dalam menanggapi beberapa contoh
kesalahan logis dalam kehidupan sehari-hari, kita harus lebih kritis terhadap
sesuatu dan memberi masukan kepada pihak yang bersangkutan untuk merubah
susunan kata yang telah mereka buat.
DAFTAR PUSTAKA
A. Basiq Djalil (2010). Logika (Ilmu
Mantiq). Jakarta: Prenada Media Group.
Mundiri (2015). Logika. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar