ILMU MANTIQ DAN
LOGIKA
PROBABILITAS DAN
KEKELIRUAN BERFIKIR
DOSEN
PEMBIMBING: WIRA SUGIARTO, S.IP, M.Pd.I
DISUSUN OLEH:
RUZAINI
LILIK RATNA SARI
SEMESTER IV
PROGRAM STUDI
TADRIS BAHASA INGGRIS
JURUSAN TARBIYAH
DAN KEGURUAN
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) BENGKALIS
TAHUN AKADEMIK 2016 / 2017
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah
puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt., karena atas rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Mantiq dan Logika yang
berjudul “Probabilitas dan Kekeliruan Berfikir”.
Dalam
penyelesaian makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari
beberapa pihak, untuk itu melalui kata pengantar ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Dan tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah
yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah ini.
Terimakasih atas bantuan dan dorongan
serta bimbingan yang telah diberikan kepada penulis, semoga menjadi amal sholeh
dan diterima Allah sebagai sebuah kebaikan. Penulis meminta maaf jika dalam
penulisan terdapat kesalahan atau kekurangan, maka dari itu penulis meminta
saran dan kritikan kepada para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan semua pembaca pada umumnya.
Bengkalis, Februari 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL....................................................................................................
KATA
PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR
ISI................................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
A.
Latar
Belakang............................................................................................................ 1
B.
Rumusan
Masalah...................................................................................................... 2
C.
Tujuan
Penulisan......................................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN............................................................................................. 3
A.
Pengertian
Probabilitas.............................................................................................. 3
B.
Macam-Macam
Probabilitas..................................................................................... 4
C.
Manfaat
Probabilitas dalam Penelitian.................................................................... 5
D.
Ilmu
dan Probabilitas................................................................................................. 5
E.
Teori-Teori
Probabilitas............................................................................................. 6
F.
Pengertian
Kekeliruan Berfikir................................................................................. 7
G.
Macam-Macam
Kekeliruan Berfikir........................................................................ 8
1.
Kekeliruan
Formal...................................................................................... 8
2.
Kekeliruan
Informal................................................................................... 10
3.
Kekeliruan dalam
Penggunaan Bahasa...................................................... 14
BAB
III PENUTUP..................................................................................................... 17
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................................. 19
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ilmu merupakan satu kata yang memiliki
banyak arti. Ilmu dapat diartikan sebagai sesuatu yang diketahui dan yang
dipercayai secara pasti dan sesuai dengan kenyataan yang muncul dari satu
alasan argumentasi dalil. Selain itu ilmu juga berarti gambaran yang ada pada
akal tentang sesuatu. Seperti kambing, kuda dan lain-lain. Jika kambing disebut
maka muncullah gambaran pada akal dengan sendirinya. Ilmu seperti ini disebut
ilmu tashawwur. Diantara fungsi ilmu ialah untuk menelusuri segala
sesuatu itu sesuai dengan kenyataannya atau tidak.
Sedangkan mantiq secara etimologis atau
bahasa berasal dari dua bahasa, yaitu bahasa Arab “nataqa” yang berarti
berkata atau berucap dan bahasa Latin “logos” yang berarti perkataan
atau sabda. Ilmu mantiq sering disebut bapak
segala ilmu atau dikatakan ilmu dari segala yang benar karena ilmu mantiq ialah
sebagai alat untuk menuju ilmu yang benar, atau karena ilmu yang benar perlu
pengarahan mantiq. Sedangkan menurut pendapat Gensler, logic is the analysis and appraisal of arguments.[1] Yang
dapat disimpulkan bahwa logika itu hanya menganalisis dan memberikan penilaian
terhadap beberapa argumen yang ada.
Akhir-akhir ini
kita sebagai umat manusia hanya mengandalkan pemikiran logika kosong yang
bercampur hawa nafsu. Langsung mencerna apa yang kita lihat tanpa adanya
pemikiran terlebih dahulu. Hal ini bisa mengakibatkan kekeliruan kita dalam
menangkap suatu informasi ataupun suatu masalah. Inilah kenapa ilmu mantiq dan
logika sangat diperlukan dalam pembelajaran ilmu-ilmu yang lain, untuk
pendalaman teori-teori yang sudah ada sehingga akan menambah ilmu yang akan
semakin berkembang menjadi beberapa cabang.
Dalam
penulisan makalah ini, penulis akan membahas salah satu pembahasan didalam ilmu
mantiq dan logika, yaitu probabilitas dan kekeliruan berfikir. Kita sebagai
masyarakat awam, pastinya sudah tidak asing lagi dengan kata probabilitas. Apa
itu probabilitas? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, probabilitas adalah
kemungkinan. Dalam ilmu matematika, probabilitas juga sering disebut dengan
peluang atau kesempatan, jika di rinci lebih jelas lagi probabilitas adalah cara
untuk mengungkapkan pengetahuan atau kepercayaan bahwa suatu kejadian akan
berlaku atau telah terjadi. Selanjutnya ialah kekeliruan berfikir, dalam materi
ini ada beberapa hal yang akan di pelajari dan dibahas di dalam makalah
penulis.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa itu
probabilitas?
2.
Apa saja
macam-macam probabilitas?
3.
Apa saja manfaat
probabilitas dalam penelitian?
4.
Apa hubungan
ilmu dengan probabilitas?
5.
Apa saja
teori-teori dalam probabilitas?
6.
Apa pengertian
kekeliruan berfikir?
7.
Apa saja
macam-macam kekeliruan formal?
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Mantiq dan Logika secara khusus. Secara umum, tujuan penulisan makalah ini agar
para pembaca dapat mengetahui apa saja yang ada di dalam materi mantiq dan
logika, khususnya probabilitas dan kekeliruan berfikir.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Probabilitas
Probabilitas adalah suatu kemungkinan
atau derajat ketidak pastian dari suatu peristiwa yang akan datang. Yang mana
hidup, merupakan suatu tempat kita menentukan kebijaksanaan yang didasarkan
dari kemungkinan-kemungkinan yang akan datang (peluang). Yang mana sedikit
sekali hal-hal yang pasti dalam hidup ini. Sesuatu yang kita yakini benar bila
kita menganalisis secara tepat dengan fakta yang ada, dan akan menunjukkan
tingkatan dari kemungkinan, yakni; biasanya, kemungkinan besar, mungkin sekali,
ataupun mungkin pasti.
Banyak hal-hal yang kebenarannya tidak
dapat diketahui oleh manusia dengan pasti, akan tetapi dengan pengalaman
manusia itu tahu kemungkinan itu bisa dimengerti, dari benar atau
setidak-tidaknya ada kemungkinan benar. Tanpa percaya dengan probabilitas maka
kehidupan manusia akan mengalami kesulitan-kesulitan yang tidak dapat diatasi.
Kata seorang filsuf inggris “probability is the guide to life”. Yang
mana dalam kehidupan manusia adalah sering mengalaminya dengan akibat dari
pengalaman-pengalaman yang telah dilakukan baik oleh dirinya ataupun oleh orang
lain. Yang mana pula ada sebuah pepatah bahwa “the best teacher is an experience”,
yang mana artinya “guru yang paling baik adalah sebuah pengalaman”. Ini berarti
dalam kehidupannya manusia sering bertindak atas dasar probabilitas. Yang mana
ini berarti bahwa waktu melakukan tindakan itu, manusia mempunyai harapan,
bahwa yang dipercayainya secara rasional itu akan benar-benar terjadi atau
benar-benar ada. Eksperimen adalah setiap prosedur yang jelas daan tetap yang
harus dikerjakan atau setiap cara tertentu dan tetap dapat dikerjakan. Tidak
hanya manusia yang mengerjakan suatu eksperimen akan tetapi juga alam. Kejadian
alam juga disebut eksperimen asal cara dan prosedurnya yang jelas. Atau dapat
dikatakan jika kondisi yang diperlukan jelas dan tetap. Eksperimen yang
sungguh-sungguh terjadi atau dikerjakan adalah percobaan (trial). Hasil
percobaan tersebut sesuai dengan harapan disebut sukses, sedangkan setiap hasil
percobaan, baik yang sukses atau tidak disebut peristiwa (event).
Generalisasi, teori, hubungan kausal
yang telah kita pelajari meskipun didukung oleh fakta-fakta yang cukup dan
terpercaya. David Hume berkata jika kita menggunakan suatu argumen yang
tersusun atas dasar pengalaman dari masa lampau sebagai dasar dasar sebagai
pertimbangan dalam membuat ramalan dimasa mendatang maka argumen ini hanya
merupakan sebuah kemungkinan (probability).
Jadi
probabilitas merupakan pernyataan yang berisi ramalan tentang tingkatan
keyakinan tentang terjadinya sesuatu di masa yang akan datang. Tingkatan
keyakinan bisa dinyatakan dengan nilai (score) angka, bisa juga tidak
dengan angka. Untuk mengetahui berapa tingkat kemungkinan mata uang yang di
lemparkan ke atas jatuh dengan sisi mukanya (heads), dapat kita ukur
dengan angka. Karena sebuah mata uang terdiri dari dua muka, yaitu sisi depan (heads)
dan sisi belakang (tails), maka kemungkinan jatuh dengan sisi muka atau
sisi belakang adalah 1:2 = ½. Sebaliknya untuk mengukur tingkat kebenaran dari
evolusi dan benda-benda hidup ini, apakah dengan teori Darwin atau dengan
dengan pernyataan Kitab Perjanjian Lama, maka hanya dapat diukur dengan lebih
dan kurang, sehingga dapat dikatakan bahwa teori Darwin lebih mungkin daripada
ramalan dalam Kita Perjanjian Lama, atau sebaliknya.[2]
B.
Macam-Macam
Probabilitas
Ada dua macam probabilitas, yaitu:
1.
Probabilitas a
priori, yaitu probabilitas yang disusun berdasarkan
perhitungan akal, bukan atas dasar pengalaman. Untuk menentukan berapa
kemungkinan mata dadu yang bakal keluar, maka mempunyai kemungkinan 1/6, karena
sebuah mata dadu mempunyai enam muka. Bila dua mata uang dilemparkan, maka
kemungkinan jatuh dengan dua kali sisi depannya adalah ½ x ½ = ¼.
2.
Probabilitas
relatif frekuensi, yaitu probabilitas yang disusun
berdasarkan statistik atas fakta-fakta empiris, seperti probabilitas tentang
gagalnya tembakan pistol adalah 5. Maksudnya bahwa setiap 100 kali pistol
ditembakkan maka paling tidak 5 kali di antaranya macet. Probabilitas ramalan
hujan adalah 90, maksudnya setiap seratus kali ramalan dibuat maka 90 dari
ramalan tersebut itu benar. Ini semuanya disusun atas dasar pengamatan atas
peristiwanya. Bila kita membaca bahwa wanita yang berumur 26 tahun mempunyai
probabilitas 971 yang dapat mencapai 27 tahun, ini berarti bahwa setiap 1000
wanita yang berumur 26 tahun hanya 971 yang dapat mencapai umur 27 tahun, jadis
etiap 1000 wanita berumur 26 tahun meninggal sebanyak 29 orang.[3]
C.
Manfaat
Probabilitas dalam Penelitian
Manfaat
probabilitas dalam kehidupan sehari-hari adalah membantu kita dalam mengambil
suatu keputusan, serta meramalkan kejadian yang mungkin terjadi. Jika kita
tinjau pada saat kita melakukan penelitian, probabilitas memiliki beberapa
fungsi antara lain:
- Membantu peneliti dalam pengambilan keputusan yang lebih tepat. Pengambilan keputusan yang lebih tepat dimagsudkan tidak ada keputusan yang sudah pasti karena kehidupan mendatang tidak ada yang pasti kita ketahui dari sekarang, karena informasi yang didapat tidaklah sempurna.
- Dengan teori probabilitas kita dapat menarik kesimpulan secara tepat atas hipotesis yang terkait tentang karakteristik populasi.
- Menarik kesimpulan secara tepat atas hipotesis (perkiraan sementara yang belum teruji kebenarannya) yang terkait tentang karakteristik populasi pada situssi ini kita hanya mengambil atau menarik kesimpulan dari hipotesis bukan berarti kejadian yang akan datang kita sudah ketehaui apa yang akan tertjadi.
- Mengukur derajat ketidakpastian dari analisis sampel hasil penelitian dari suatu populasi.
Contoh:
Ketika diadakannya sensus penduduk 2000,
pemerintah mendapatkan data perbandingan antara jumlah penduduk berjenis
kelamin laki-laki berbanding jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan adalah
memiliki perbandingan 5:6, sedangkan hasil sensus pada tahun 2010 menunjukan
hasil perbandingan jumlah penduduk berjenis kelamin pria berbanding jumlah
penduduk berjenis kelamin wanita adalah 5:7. Maka pemerintah dapat mengambil
keputusan bahwa setiap tahunnya dari tahun 2000 hingga 2010 jumlah wanita
berkembang lebih pesat
D.
Ilmu
dan Probabilitas
Berdasarkan kenyataan bahwa teori,
generalisasi dan kausalitas bersifat probabilistik, maka ilmu-ilmu tidak pernah
memberi keterangan yang pasti tentang peristiwa-peristiwa. Teori dan keterangan
yang diberikannya bersifat kemungkinan. Ini perlu kita sadari bahwa ilmu itu
tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan pengetahuan bersifat mutlak. Ia
berbeda dengan ilmu pendukunan yang berani menyatakan misalnya: ‘Minumlah ini,
anda pasti sembuh’. Ilmu paling-paling akan menyatakan: ‘Minumlah obat ini,
kemungkinan besar anda akan sembuh’. Meskipun penjelasan yang diberikan oleh
ilmu adalah penjelasan probabilistik, namun probabilistik yang dapat
dipertanggungjawabkan, karena ia disusun berdasarkan pengalaman. Teori ini
memberikan kepada kita pengetahuan sebagai dasar mengambil keputusan. Keputusan
yang kita ambil berdasarkan keterangan keilmuan itu, dengan memandang resiko
yang bakal kita hadapi. Meskipun ramalan cuaca memberikan kemungkinan 0,8 tidak
akan hujan (tidak memberikan 1,00 pasti tidak hujan), toh dari keterangan ini
kita bisa mengambil keputusan. Ramalan 0,8 tidak akan turun hujan berarti ada
peluang 0,2 untuk turun hujan. Bila kita hendak piknik meskipun kita tahu ada
peluang 0,2 turun hujan, toh kita tidak akan mengurungkan niat kita, karena
sudah cukup bagi kita jaminan 0,8 tidak turun hujan. Jika kita mempunyai
penyakit yang bila kena air hujan akan kambuh sedemikian hebatnya, maka kita
jangan ragu-ragu untuk memutuskan pergi. Kalaupun kita memutuskan pergi kita
akan memakai jaket, payung dan alat penutup lainnya yang lebih rapat. Jadi
tindakan yang akan kita ambil berdasarkan resiko yang mungkin timbul dari
pilihan kita berkaitan dengan probabilitas yang ada.[4]
E.
Teori-Teori
Probabilitas
1.
Teori
Klasik
Yang
mana teori ini adalah teori yang tertua yang disusun dengan permainan judi,
atau yang dikenal dengan nama teori perjudian (game theory), misal:
sejumlah percobaan dapat menghasilkan sebanyak n peristiwa denagan syarat:
a.
Jumlah peristiwa
(event) yang dapat terjadi dapat diketahui secara a priori, tanpa
mengadakan observasi terlebih dahulu.
b.
Tidak mungkin
dua peristiw terjadi secara bersama-sama
c.
Harus tidak ada
alasan untuk mengharap bahwa dari peristiwa tersebut yang satu akan lebih mudah
dari yang lainnya. Ini berarti dari semua peristiwa semua itu ada persamaan
kemungkinan akan terjadi, atau kata lainnya diantara peristiwa itu ada
ekuiposibilitas.
Yang mana nilai probabilitas dari
masing-masing peristiwa itu adalah 1/n. dalam definisi klasik probabilitas
adalah hasil bagi atau koefisien dari jumlah sukses dibagi jumlah peristiwa
yang memiliki ekuipobilitas. Jika kita melempar satu buah dadu, (telah
mencukupi syarat 1, dan 2).dan juga melemparnya dengan sedemikian rupa dengan
memenuhi ekuiposibilitas, maka masing-masing muka mendapatkan probabilitas 1/6.
Kalau mata dadu masing-masing muka hanya bermata satu, maka probabilitasnya 6/6
atau 1. Sedangkan jika muka dadu tidak bermata satu, maka probabilitas adalah
0/6 atau 0. Angka 1 atau 0 adalah probabilitas yang maksimum dan minimum, yang
bukan probabilitas lagi dan bukan kepastian.
2.
Teori Frekuensi Relatif
Yaitu
sering atau banyaknya hasil sukses dari sejumlah percobaan. Jadi:
Frekuensi relative= jumlah sukses (s) / jumlah percobaan (t).
Secara
a priori dapat ditentukan bahwa nilai probabilitas untuk memperoleh
sukses sebuah gambar dan juga angka dari uang logam seratus rupiah ialah ½,
untuk menghitung frekuensi relatif, kita harus melakukan percobaan sejumlah
kali dan hasilnya, misal 1 = gambar yang sukses.
(- - 1 1 - - - 1
1 - 1 1 1 1) (sukses)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 (percobaan)
Deretan
tersebut adalah suatu peristiwa dari 14 kali lemparan. Diantara yang sukses ada
8, teori frekuensinya adalah:
0 0 1 2 0 0
0 3 4 0 5 6 7 8
1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13 14
Pada
teori ini menurunkan sebuah prinsip atau aksioma, yang mengatakan bahwa semakin
banyak diadakan percobaan maka semakin banyak pula deretan frekuensinya, maka
frekuensi akan mendekati angka akhir, jika percobaan diteruskan ampai tak
terbatas itu yang disebut angka akhir atau angka limit sehingga itulah yang
disebut probabilitas yang sebenarnya.
.
F.
Pengertian
Kekeliruan Berfikir
Perkataan fallacy dalam
bahasa Inggris secara umum berarti gagasan atau keyakinan yang salah (palsu),
dalam arti teknis yang sempit itu perkataan fallacy kita terjemahkan
dengan istilah “kerancuan berfikir” atau “berfikir rancu” yang semuanya
menunjuk pada jalan pikiran yang tidak tepat atau keliru. Jadi, kekeliruan
berfikir adalah bentuk-bentuk atau jenis-jenis argument yang tidak tepat atau
yang salah (incorrect argument).
Kekeliruan berpikir atau sesat pikir
adalah proses penalaran atau argumentasi yang sebenarnya tidak logis, salah
arah, dan menyesatkan, suatu gejala berpikir yan salah disebabkan oleh
pemaksaan prinsip-prinsip logika tanpa memperhatikan relevansinya.
G.
Macam-Macam
Kekeliruan Berfikir
- Kekeliruan Formal
a)
Fallacy of Four Term ( Kekeliruan
Karena Menggunakan Empat Term)
Kekeliruan berpikir karena menggunakan empat
term dalam silogisme. Ini terjadi karena term penengah diartikan ganda,
sedangkan dalam patokan diharuskan hanya terdiri tiga term, seperti :
-
Semua
perbuatan menganggu orang lain diancam dengan hukuman. Menjual barang di bawah
harga tetangganya adalah mengganggu kepentingan orang lain. Jadi, menjual harga
di bawah tetangganya diancam dengan hukuman.
-
Orang
yang berpenyakit menular harus diasingkan. Orang berpenyakit panu adalah
membuat penularan penyakit
b)
Fallacy of Undistributed Middle (Kekeliruan
Karena Kedua Term Penengah Tidak Mencakup)
Kekeliruan berpikir karena tidak satu pun dari
kedua term penengah mencakup, seperti :
-
Orang
yang terlalu banyak belajar kurus. Dia kurus sekali, karena itu tentulah ia
banyak belajar.
-
Semua
anggota PBB adalah negara merdeka. Negara itu tentu menjadi anggota PBB karena
memang negara merdeka.
c)
Fallacy of Illcit Process (Kekeliruan
Karena Proses Tidak Benar)
Kekeliruan berpikir karena term premis tidak
mencakup (undistributed) tetapi dalam konklusi mencakup seperti :
-
Kura-kura
adalah binatang melata. Ular bukan kura-kura, karean itu ia bukan binatang
melata.
-
Kuda
adalah binatang, sapi bukan kuda jadi ia bukan binatang.
d)
Fallacy of Two Negative Premises (Kekeliruan
Karena Menyimpulkan dari Dua Premis yang Negatif)
Kekeliruan berpikir karena mengambil kesimpulan
dari dua premis negatif. Apabila terjadi demikian sebenarnya tidak bisa ditarik
konklusi.
-
Tidak
satu pun barang yang baik itu murah dan semua barang di toko itu adalah tidak
murah, jadi kesemua barang di toko itu adalah baik.
-
Tidak
satu pun barang yang baik itu murah dan semua barang di toko itu adalah tidak
murah, jadi kesemua barang di toko itu adalah baik.
e)
Fallacy of Affirming the Consequent (Kekeliruan
Karena Mengakui Akibat)
Kekeliruan berpikir karena dalam silogisme
hipotetika karena membenarkan akibat kemudian membenarkan pula sebabnya,
seperti :
-
Bila
kita bisa berkendaraan secepat cahaya, maka kita bisa mendarat di bulan. Kita
telah mendarat di bulan berarti kita telah dapat berkendaraan secepat cahaya.
-
Bila
pecah perang harga barang-barang naik. Sekarang harga barang naik, jadi perang
telah pecah.
f)
Fallacy of Denying Antecedent (Kekeliruan
Karena Menolak Sebab)
Kekeliruan berpikir dalam silogisme hipotetika
karena mengingkari sebab kemudian disimpulkan bahwa akibat juga tidak
terlaksana, seperti :
-
Bila
permintaan bertambah harga naik. Nah, sekarang permintaan tidak bertambah, jadi
harga tidak naik.
-
Bila
datang elang maka ayam berlarian, sekarang elang tidak datang, jadi ayam tidak
berlarian.
g)
Fallacy of Disjunction (Kekeliruan
dalam Bentuk Disyungtif)
Kekeliruan berpikir terjadi dalam silogisme
disyungtif karena mengingkari alternatif pertama, kemudian membenarkan
alternatif lain. Padahal menurut patokan, pengingkaran alternatif pertama, bisa
juga tidak terlaksananya alternatif yang lain, seperti :
-
Dia
lari ke Jakarta atau ke Bandung. Ternyata tidak di Bandung, berarti dia ada di
Jakarta. (Dia bisa tidak di Bandung maupun di Jakarta).
-
Dia
menulis cerita atau pergi ke Surabaya. Dia tidak pergi ke Surabaya, jadi ia
tentu menulis cerita.
h)
Fallacy of Inconsistency (Kekeliruan
Karena tidak Konsisten)
Kekeliruan berpikir karena tidak runtutnya
pernyataan yang satu engan pernyataan yang diakui sebelumnya, seperti :
-
Anggaran
Dasar organisasi kita sudah sempurna, kita perlu melengkapi beberapa pasal agar
komplit.
-
Tuhan
adalah Mahakuasa, karena itu Ia bisa menciptakan tuhan lain yang lebih kuasa
dari Dia.
- Kekeliruan Informal
a)
Fallacy of Hasty Generalization (Kekeliruan
Karena Membuat Generalisasi yang Terburu-buru)
Kekeliruan berpikir karena tergesa-gesa membuat
generalisasi, yaitu mengambil kesimpulan umum dari kasus individual yang
terlampau sedikit, sehingga ditarik melampaui batas lingkungannya, seperti :
-
Dia
orang Islam mengapa membunuh. Kalau begitu orang Islam memang jahat.
-
Panen
di kabupaten itu gagal, kalau begitu tahun ini Indonesia harus mengimport
beras.
b)
Fallacy of Forced Hypothesis (Kekeliruan
Karena Memaksakan Praduga)
Kekeliruan berpikir karena menetapkan kebenaran
suara dugaan, seperti :
-
Seorang
pegawai datang ke kantor dengan luka goresan di pipinya. Seseorang menyatakan
bahwa isterinyalah yang melukainya dalam suatu percekcokan karena diketahuinya
selama ini orang itu kurang harmonis hubungannya dengan isterinya, padahal
sebenarnya karena goresan besi pagar.
-
Dua
orang tengah berbincang dengan berbisik-bisik. Kemudian datang seseorang yang
kebetulan mempunyai hubungan tidak baik dengan salah satu di antara mereka.
Orang yang datang ini kemudian berkata: ‘Kau memang tidak suka padaku’.
Kejelekanku kau siarkan ke mana-mana. (Padahal dua orang berbincang itu tengah
merundingkan masalah lain).
c)
Fallacy of Begging the Question (Kekeliruan
Mengundang Permasalahan)
Kekeliruan berpikir karena mengambil konklusi
dari premis yang sebenarnya harus dibuktikan dahulu kebenarannya, seperti :
-
Allah
itu ada karena ada bumi. (Di sini orang akan membukikan bahwa Allah itu ada
dengan dasar adanya bumi, tetapi tidak dibuktikan bahwa bumi adalah ciptaan
Allah).
-
Surat
kabar X merupakan sumber informasi yang reliable, karena beritanya tidak
pernah basi. (Di sini orang hendak membuktikan bahwa surat kabar X memang
merupakan sumber informasi yang dapat dipercaya berdasarkan pemeberitaannya
yang up to date, tanpa dibuktikan bahwa pemberitaannya dapat diuji
kebenarannya).
d)
Fallacy of Circular Argument (Kekeliruan
Karena Menggunakan Argumen yang Berputar)
Kekeliruan
berpikir karena menarik konklusi tersebut dijadikan sebagai premis sedangkan
premis semula dijadikan konklusi pada argumen berikutnya, seperti:
-
Sarjana-sarjana
lulusan perguruan tinggi Omega kurang bermutu karena organisasinya kurang baik.
Mengapa organisasi perguruan tinggi itu kurang baik? Dijawab karena lulusan
perguruan tinggi itu kurang bermutu.
-
Ekonomi
negara X tidak baik karena banyak pegawai yang korupsi. Mengapa banyak pegawai
yang korupsi? Jawabnya karena ekonomi negara kurang baik.
e)
Fallacy of Argumentative Leap (Kekeliruan
Karena Berganti Dasar)
Kekeliruan berpikir karena mengambil keputusan
yang tidak diturunkan dari premisnya. Jadi mengambil kesimpulan melompat dari
dasar semula, seperti:
-
Ia
kelak menjadi mahaguru yang cerdas, sebab orang tuanya kaya.
-
Pantas
ia cantik karena pendidikannya tinggi.
-
Bentuk
tulisannya bagus, jadi ia adalah anak yang pandai.
f)
Fallacy of Appealing to Authority (Kekeliruan
Karena Mendasarkan pada Otoritas)
Kekeliruan berpikir karena mendasarkan diri
pada kewibawaan atau kehormatan seseorang tetapi dipergunakan untuk
permasalahan di luar otoritas ahli tersebut.
-
Pisau
cukur ini sangat baik, sebab Rudi Hartono selalu menggunakannya. (Rudi Hartono
adalah seorang olahragawan, ia tidak mempunyai otoritas untuk menilai bagusnya
logam yang dipakai untuk membuat pisau cukur).
-
Bangunan
ini sungguh kokoh, sebab dokter Haris mengatakan demikian. (Dokter Haris adalah
ahli kesehatan, bukan insinyur bangunan).
g)
Fallacy of Appealing to Force (Kekeliruan
Karena Mendasarkan Diri pada Kekuasaan).
Kekeliruan berpikir karena berargumen dengan
kekuasaan yang dimiliki, seperti menolak pendapat pendapat/argumen seseorang
dengan menyatakan :
-
Kau
masih juga membantah pendapatku. Kau baru satu tahun duduk di bangku perguruan
tinggi, aku sudah lima tahun.
-
Ketika
ditanyakan kepada Stalin tentang kemungkinan perwakilan Paus dari Roma dalam
konferensi-konferensi Internasional, ia menjawab: Berapa divisi tentara yang
dimiliki oleh Paus dari Roma itu untuk suatu perang terbuka? (Di sini Stalin
hendak menolak usul itu dengan menunjukkan bahwa Paus tidak mempunyai kekuatan
militer yang cukup).
h)
Fallacy of Abusing (Kekeliruan
Karena Menyerang Pribadi)
Kekeliruan berpikir karena menolak argumen yang
dikemukakan seseorang dengan menyerang pribadinya, sepertinya :
-
Dia
adalah seorang yang brutal, jangan dengarkan pendapatnya.
-
Jangan
dengarkan dia tentang konsep kemajuan desa ini. Waktu ia menjabat kepala desa
di sini ia menyelewengkan uang Bandes (Bantuan Desa).
i)
Fallacy of Ignorance (Kekeliruan
Karena Kurang Tahu)
Kekeliruan berpikir karena menganggap bila
lawan bicara tidak bisa membuktikan kesalahan argumentasinya,dengan sendirinya
argumentasinya, dengan sendirinya argumentasi yang dikemukakannya benar,
seperti:
-
Sudah
berapa kali kau kemukakan alasanmu tetapi tidak terbukti gagasanku salah.
Inilah buktinya bahwa pendapatku benar.
-
Kalau
kau tidak bisa membuktikan bahwa hantu itu ada maka teranglah pendapatku benar,
bahwa hantu itu tidak ada.
j)
Fallacy of Complex Question (Kekeliruan
Karena Pertanyaan yang Ruwet)
Kekeliruan berpikir karena mengajukan
pertanyaan yang bersifat menjebak, seperti:
-
Jam
berapa kau pulang semalam? (Yang ditanya sebenarnya tidak pergi. Penanya hendak
memaksakan pengakuan bahwa yang ditanya semalam pergi).
-
Jadi,
anda sekarang sudah berhenti dari kebiasaan menganiaya isteri anda? (Penanya
hendak memaksakan pengakuan bahwa yang ditanya pernah menganiaya isterinya).
Jika pertanyaan ini dijawab dengan ‘ya’ berarti orang yang ditanya
setidak-tidaknya pernah menganiaya isterinya. Bila dijawab ‘tidak’ berarti yang
ditanya terus melaksanakan kebiasaan jeleknya menganiaya isterinya, padahal
orang yang ditanya barangkali memang belum pernah melakukan penganiayaan kepada
isterinya.
k)
Fallacy of Oversimplication (Kekeliruan
Karena Alasan Terlalu Sederhana)
Kekeliruan berpikir karena beragumentasi dengan
alasan yang tidak kuat atau tidak cukup bukti, seperti:
-
Kendaraan
buatan Honda adalah terbaik, karena paling banyak peminatnya.
-
Marilah
kita jaga agar pikiran kita yang suci ini jangan sampai dikotori oleh jalan
pikiran ahli teologi, karena permasalahan teologi adalah menyesatkan pikiran
kita. Coba pikir dalam permasalahan kejahatan. Jika Tuhan menghendaki kejahatan
Tuhan adalah jahat; sedangkan bila Tuhan tidak menghendaki kejahatan berarti
Tuhan itu lemah, karena di dunia ini kejahatan selalu ada. Coba tuan-tuan mau
pilih alternatif lama. Inilah bukti ilmu teologi adalah menyesatkan. (Di sini
seseorang hendak mengajak orang lain agar menjauhi penyelidikan di bidang
teologi dengan mengajukan bukti yang belum cukup luat bahwa teologi memang
harus dihindari).
l)
Fallacy of Accident (Kekeliruan
Karena Menetapkan Sifat)
Kekeliruan
berpikir karena menetapkan sifat bukan keharusan yang ada pada suatu benda
bahwa sifat itu tetap ada selamanya, seperti:
-
Daging
yang kita makan hari ini adalah dibeli kemarin.
-
Daging
yang dibeli kemarin adalah daging mentah, jadi hari ini kita makan daging
mentah.
m)
Fallacy of Irrelevant Argument (Kekeliruan
Karena Argumen yang Tidak Relevan)
Kekeliruan berpikir karena mengajukan argumen
yang tidak ada hubungannya dengan masalah yang menjadi pokok pembicaraan,
seperti:
-
Pisau
silet itu berbahaya daripada peluru, karena tangan kita seringkali teriris oleh
pisau silet dan tidak pernah oleh peluru.
-
Kau
tidak mau mengenakan baju yang aku belikan. Apakah engkau mau telanjang
berangkat ke perjamuan itu?
n)
Fallacy of False Analogy (Kekeliruan
Karena Salah Mengambil Analogi)
Kekeliruan berpikir karena menganalogikan dua
permasalahan yang kelihatannya mirip, tetapi sebenarnya berbeda secara
mendasar, seperti :
-
Saya
heran mengapa banyak orang takut menggunakan kapal terbang dalam bepergian
karena banyak orang yang tewas karena kecelakaan kapal terbang. Kalau begitu
sebaiknya orang jangan tidur di tempat tidur, karena hampir semua orang menemui ajal di tempat
tidur.
-
Seniman
patung memerlukan bahan untuk menciptakan karya-karya seni, maka Tuhan pun
memerlukan bahan dalam mencipta alam semesta.
o)
Fallacy of Appealing to Pity (Kekeliruan
Karena Mengundang Belas Kasihan)
Kekeliruan berpikir karena menggunakan uraian
yang sengaja menarik belas kasihan untuk mendapatkan konklusi yang diharapkan.
Uraian itu sendiri tidak salah tetapi menggunakan uraian-uraian yang menarik
belas kasihan agar kesimpulan menjadi lain, padahal masalahnya berhubungan
dengan fakta, bukan dengan perasaan inilah letak kekeliruannya. Kekeliruan ini
sering digunakan dalam peradilan oleh pembela atau terdakwa, agar hakim
memberikan keputusan yang sebaik-baiknya, seperti pembelaan Clarence Darrow,
seorang penasehat hukum terhadap Thomas I Kidd yang dituduh bersekongkol dalam
perbuatan kriminal dengan mengatakan sebagai berikut :
-
Saya
sampaikan pada anda (para yuri), bukan untuk kepentingan Thomas Kidd tetapi
menyangkut permasalahan yang panjang, ke belakang ke masa yang sudah lampau
maupun ke depan di masa yang akan datang, yang menyangkut seluruh manusia di
bumi. Saya katakan pada anda bukan untu Kidd, tetapi untuk mereka yang bangun
pagi sebelum dunia menjadi terang dan pulang malam hari setelah lanit diterangi
bintang-bintang, mengorbankan kehidupan dan kesenangannya, bekerja berat demi
terselenggaranya kemakmuran dan kebesaran, saya sampaikan pada anda demi
anak-anak yang sekarang hidup maupun yang akan lahir.
- Kekeliruan Karena Penggunaan Bahasa
a)
Fallacy of Composition (Kekeliruan
Karena Komposisi)
Kekeliruan berpikir karena menetapkan sifat
yang ada pada bagian untuk menyifati keseluruhannya, seperti :
-
Setiap
kapal perang telah siap tempur, maka keseluruhan angkatan laut negara itu sudah
siap tempur.
-
Mur
ini sangat ringan, karena itu mesinnya tentu ringan juga.
b)
Fallacy of Division (Kekeliruan
dalam Pembagian)
Kekeliruan berpikir karena menetapkan sifat
yang ada pada keseluruhannya, maka demikian juga setiap bagiannya, seperti :
-
Kompleks
ini dibangun di atas tanah yang luas, tentulah kamar-kamar tidurnya juga luas.
-
Di
perguruan tinggi para mahasiswa belajar hukum, ekonomi, sejarah, sastra,
filsafat, teknik, kedokteran, arsitektur, karena itu setiap mahasiswa tentulah
mempelajari semua ilmu-ilmu tersebut.
c)
Fallacy of Accent (Kekeliruan
Karena Tekanan)
Kekeliruan berpikir karena kekeliruan
memberikan tekanan dalam pengucapan, seperti:
-
Ibu,
ayah pergi (yang hendak dimaksud adalah ibu dan ayah pembicara sedang pergi.
Seharusnya tidak ada penekanan pada ibu, sebab maknanya menjadi pemberitahuan
pada ibu bahwa ayah baru saja pergi).
-
Kita
tidak boleh membicarakan kejelekan, kawan. (Yang dimaksud, kita dilarang
membicarakan kejelekan kawan kita. Tetapi dengan memberi tekanan pada
kejelekan, maknanya menjadi lain).
d)
Fallacy of Amphyboly (Kekeliruan
Karena Amfiboli)
Kekeliruan berpikir karena menggunakan susunan
kalimat yang dapat ditafsirkan berbeda-beda, seperti:
-
Croesus
dan Lydia tengah memikirkan untuk berperang melawan kerajaan Persia. Sebagai
raja yang berhati-hati ia tidak akan melaksanakan peperangan manakala tidak ada
jaminan untuk menang. Oleh karena itu meminta pertimbangan pendeta Oracle
Delphi, untuk mendapatkan sabda dewa. Ia mendapat jawaban berikut: Bila Croesus
berangkat melawan Cyrus ia akan menghancurkan sebuah kerajaan besar. Puas
dengan ramalan ini ia menyimpulkan bahwa ia akan menang melawan Cyrus, raja
Persia. Ia berangkat ke medan laga dan dalam tempo yang singkat pasukannya
dapat ditumpas oleh Cyrus, dan ia sendiri ditawan. Waktu menunggu dihukum bunuh
ia menulis surat, mencela sangat keras para pendeta di Oracle Delphi. Para
pendeta menjawab bahwa bagaimanapun juga mereka menghancurkan sebuah kerajaan
besar, kerajaannya sendiri.
-
Seorang
anak muda datang kepada seorang peramal apakah judi yang pertama kali ia ikuti
nanti malam akan menang atau kalah, ia mendapat jawaban; anda akan mendapat
pengalaman yang bagus. Atas jawaban ini ia sangat puas dan menyimpulkan ia akan
menang dalam perjudian. Ternyata ia kalah. Waktu ia kembali ke tempat tukang
ramal dan menanyakan mengapa ramalannya melesat, tukang ramal itu menjawab;
saya benar, sebab dengan kekalahan ini anda mendapat pengalaman yang bagus,
bahwa judi itu membawa penderitaan.
e)
Fallacy of Equivocation (Kekeliruan
Karena Menggunakan Kata dalam Beberapa Ahli)
Kekeliruan berpikir karena menggunakan kata
yang sama dengan arti lebih dari satu, seperti :
-
Gajah
adalah binatang, jadi gajah kecil adalah binatang yang kecil. (Kecil dalam
‘gajah kecil’ berbeda pengertiannya dengan kecil dalam ‘binatang kecil’).
-
Menunggu
satu ¼ jam adalah lama, maka menggarap soal ujian ¼ jam adalah lama.[5]
Dari seluruh penjelasan yang ada di
atas, dapat ditarik kesimpulan yang singkat tentang probabilitas dan kekeliruan
berfikir. Bahwa setiap individu memerlukan yang namanya menerka-nerka atau
memprediksi sesuatu yang akan terjadi dengan menggunakan
perhitungan-perhitungan dan ilmu-ilmu yang sudah ada. Namun, di samping itu
adapula yang harus dilakukan oleh setiap individu maupun kelompok adalah
menggunakan ilmu-ilmu yang ada untuk memecahkan masalah yang ada, dengan cara
berfikir kritis dan penuh perhitungan. Yaitu dengan cara probabilitas maupun
kecermatan dalam menelaah suatu masalah dan jangan sampai membuat kekeliruan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Probabilitas merupakan pernyataan yang berisi ramalan
tentang tingkatan keyakinan tentang terjadinya sesuatu di masa yang akan
datang. Manfaat probabilitas dalam
kehidupan sehari-hari adalah membantu kita dalam mengambil suatu keputusan,
serta meramalkan kejadian yang mungkin terjadi. Yang mana dalam mengambil
keputusan dengan cara probabilitas ini diperlukan kajian dan perhitungan yang
tepat, bukan asal tebang pilih dan asal menerka.
Sedangkan, kekeliruan berfikir
adalah bentuk-bentuk atau jenis-jenis argument yang tidak tepat atau yang salah
(incorrect argument). Dalam ilmu
logika kekeliruan berfikir terbagi menjadi tiga yaitu kekeliruan formal,
kekeliruan informal dan kekeliruan karena penggunaan bahasa. Dalam konteks yang
nyata, seseorang wajar mengalami kekeliruan berfikir, namun harus di
minimalisir kekeliruan tersebut untuk mendapatkan pembenaran dalam suatu
penyelesaian masalah.
B.
Saran
1.
Probabilitas
memang sangat diperlukan untuk masa sekarang, karena banyak ilmu-ilmu sains dan
sosial yang menggunakan probabilitas untuk menyelesaikannnya. Maka dari itu,
teori-teori yang bisa membantu probabilitas tersebut harus bisa menjamin
penyelesaian dari masalah tersebut. Ilmuwan seharusnya bisa memanfaatkan
probabilitas jika suatu permasalahan itu menemui jalan buntu atau tersendat,
karena jawaban yang menggunakan probabilitas hampir-hampir mendekati jawaban
yang sebenarnya. Tapi, harus melalui prosedur yang sesuai sehinggat tidak
mendapatkan jawaban yang asal-asalan.
2.
Berbicara
mengenai kekeliruan berfikir, ini merupakan hal yang lumrah bagi setiap
manusia. Tapi, kekeliruan ini tidak boleh dijadikan hal yang biasa, karena akan
berdampak sangat buruk bagi perkembangan setiap individu. Maka dari itu,
kekeliruan dalam berfikir harus diminimalisir dengan cara mengevaluasi diri
sendiri, apa yang salah dengan diri sendiri. Jangan mencerna sesuatu secara
mentah-mentah jika belum tahu apakah sesuatu itu nyata atau abstrak. Maka dari
itu, berfikir dahulu sebelum bertindak guna mencegah kekeliruan berfikir.
Apabila manusia sudah keliru dalam fikirannya, maka secara otomatis sifat dan
gestur manusia tersebut akan keliru juga. Selain mengevaluasi diri sendiri,
sebagai manusia kita harus sabar. Sabar dalam arti berfikir dahulu sebelum
melakukan sesuatu supaya tidak terburu-buru dan tidak salah jalan.
DAFTAR
PUSTAKA
A. Basiq Djalil
(2010). Logika (Ilmu Mantiq). Jakarta: Prenada Media Group.
Harry J. Gensler
(2002). Introduction to Logic. London: Taylor & Francis Routledge.
Mundiri
(2015). Logika. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Partap Sing
Mehra dan Jazir Burhan (1986). Pengantar Logika Tradisional. Bandung:
Binacipta.
R. G. Soekidjo
(2003). Logika Dasar: Tradisional, Simbolik, dan Induktif. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
video poker games you should never play in VR
BalasHapusVideo poker games you should never play in online converter of youtube to mp3 VR. — If you enjoy playing poker, you should definitely take a shot at your own hand in VR!
Harrah's Hotel and Casino Las Vegas - MapyRO
BalasHapusAddress: 2200 김포 출장안마 South 문경 출장안마 Las Vegas Blvd, Las 춘천 출장안마 Vegas, NV 89109. Phone: (702) 770-7000 Toll 진주 출장샵 Free: 702.693.5577. 김천 출장샵 Website: www.harrahs.lv.